MAKASSAR. UNHASTV – Kebakaran hebat yang melanda Gedung DPRD Makassar pada Senin lalu menyisakan duka mendalam. Tiga orang dilaporkan meninggal dunia, sementara kerugian material mencapai miliaran Rupiah.
Namun lebih dari sekadar musibah, tragedi ini juga meninggalkan pelajaran penting mengenai keselamatan publik dan pentingnya kolaborasi antara masyarakat dengan aparat terkait.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (damkarmat) Makassar mengerahkan 40 unit armada dan 250 personel untuk mengendalikan api. Meski demikian, upaya pemadaman sempat terkendala oleh aksi massa yang menghalangi akses petugas ke lokasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa tantangan dalam penanganan bencana tidak hanya terletak pada teknis pemadaman, tetapi juga pada faktor sosial di lapangan.
Mengantisipasi kejadian serupa, Damkar bersama TNI dan Polri kini menempatkan personel siaga di sejumlah titik rawan kebakaran. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat respons darurat sekaligus mencegah kerugian yang lebih besar di masa mendatang.
Dantim Rescue Damkarmat Kota Makassar, Irham Intje, menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi potensi kebakaran. "Membakar gedung DPRD itu juga membahayakan rumah warga sekitar. Kami sebagai petugas pemadam kebakaran menjaga lingkungan semua, jadi perlunya kerja sama masyarakat, bukan dengan cara membakar. Ke depan harus dibuat sistem proteksi yang lebih baik, termasuk peningkatan pemahaman masyarakat terhadap bahaya kebakaran," jelasnya.
Peristiwa ini sekaligus membuka mata bahwa penanganan bencana tidak bisa hanya dibebankan kepada petugas di lapangan. Kesadaran kolektif, dukungan pemerintah, serta kepedulian masyarakat menjadi kunci membangun kota yang lebih aman dan tangguh.
Tragedi Gedung DPRD Makassar menjadi pengingat bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada penanganan. Edukasi masyarakat mengenai bahaya kebakaran, sistem proteksi dini, dan solidaritas sosial adalah langkah penting untuk meminimalkan risiko di masa mendatang.(*)
Andi Putri Najwah (UNHAS TV)