News

Hercules: Dari Pengangkut Barang Pasukan Kopasus ke Tokoh Kontroversial di Jakarta

Setelah kecelakaan helikopter, Hercules dibawa ke Jakarta untuk perawatan. Namun, merasa tidak nyaman dengan perawatan di RSPAD, ia kabur dan hidup sebagai gelandangan di Tanah Abang, Jakarta Pusat. 

Di sinilah babak baru kehidupannya dimulai. Bersama beberapa pemuda asal Timor Timur, seperti Logo Vallenberg dan Alfredo Monteiro Pires, Hercules membentuk kelompok yang akhirnya menguasai dunia kriminal di Tanah Abang selama 1990-an.

Kekuasaannya di Tanah Abang begitu kuat hingga ia memimpin sekitar 17.000 "pasukan" yang tersebar di seluruh Jakarta, merangkul berbagai suku.

Namun, kerajaan "bisnisnya" runtuh pada akhir 1990-an setelah beberapa anggota gengnya menolak berpartisipasi dalam demonstrasi pro-integrasi. 

Hal ini menyebabkan hilangnya perlindungan militer, dan wilayah Tanah Abang dikuasai kelompok preman lain, seperti yang dipimpin Muhammad Yusuf Muhi (Ucu Kambing).

Setelah kehilangan kekuasaan di Tanah Abang, Hercules mulai membangun kembali reputasinya melalui bisnis yang lebih legal, seperti penagihan utang, jaminan, perikanan, dan pertanian. 

Ia juga menjadi sosok dermawan, memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi migran dari Indonesia Timur. Pada 2006, Hercules mengaku bertaubat dan memeluk Islam pada 2010, menandai perubahan besar dalam hidupnya.

Pada 2011, Hercules mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB), sebuah organisasi massa yang memobilisasi jaringan preman, tokoh lokal, dan mantan milisi untuk mendukung agenda politik, khususnya terkait Prabowo Subianto. 

GRIB Jaya, yang dipimpinnya, menjadi alat untuk memperkuat dukungan politik akar rumput, terutama pada Pilpres 2014, 2019, dan 2024, di mana Hercules secara terbuka menyatakan loyalitasnya kepada Prabowo.

Pada 2022, Hercules diangkat sebagai tenaga ahli di Perumda Pasar Jaya, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, bersama Eki Pitung. Pengangkatan ini menunjukkan transisinya dari dunia kriminal ke posisi yang lebih formal, meskipun pengaruhnya sebagai tokoh masyarakat dan mantan preman tetap kuat.

Namun, Hercules tidak lepas dari kontroversi. Ia beberapa kali berurusan dengan hukum, termasuk kasus penyerangan kantor Indopos (2005), penguasaan lahan di Kalideres (2018), dan pemerasan terhadap pengembang (2013). Bentrokan antara GRIB dan Pemuda Pancasila di Blora dan Bandung pada Januari 2025 juga kembali menyorot namanya.

Hercules adalah contoh kompleks dari seorang yang bangkit dari trauma dan kekerasan menuju posisi yang berpengaruh, namun tetap kontroversial. Perannya di Timor Timur sebagai TBO untuk Kopassus memberinya pengalaman, koneksi, dan ketangguhan yang menjadi modal awal untuk mendominasi dunia keras Jakarta. 

Hubungannya dengan Prabowo Subianto, yang terjalin sejak era Timor Timur, menjadi kunci dalam mempertahankan relevansinya di ranah politik dan sosial.

Kini, sebagai Ketua Umum GRIB Jaya dan tenaga ahli Perumda Pasar Jaya, Hercules telah menjelma dari preman legendaris menjadi tokoh masyarakat yang disegani sekaligus ditakuti. 

Meski masa lalunya penuh kekerasan, transformasinya mencerminkan kemampuan adaptasi dan ambisi untuk meninggalkan warisan yang lebih positif. Namun, bayang-bayang masa lalu dan kontroversi yang terus mengikutinya menjadikan Hercules sebagai figur yang sulit dilupakan dalam lanskap sosial-politik Indonesia.(*)