Watch Unhas TV Live
Watch Unhas TV Live
Sport

Langkah Indonesia Tampil di Olimpiade Terhenti 50 Km dari Paris

Darmadi Tariah10 May, 2024
STY dikartu merah setelah memprotes keputusan kontroversial wasit (sumber gambar: tangkapan layar)

PARIS, UNHAS TV – Langkah Garuda Muda untuk tampil di Olimpiade Paris 2024 kini benar-benar telah terhenti. Timnas U23 gagal meraih tiket terakhir ke Paris setelah kalah melawan Guinea, wakil Afrika dalam pertandingan play off penuh drama (09/05/2024).

Pertandingan pada Kamis siang waktu setempat, berlangsung di Stadion CNF Clairefontaine di Clairefontaine-en-Yvelines. CNF atau Pusat Sepakbola Prancis Clairefontaine terletak 50 Km arah barat daya Paris.

Timnas kita telah memberikan yang terbaik, telah melangkah sangat jauh dan hampir saja mewujudkan mimpi untuk tampil lagi di Olimpiade setelah puluhan tahun. Di Clairefointaine, 50 Km dari Paris, perjuangan Garuda Muda untuk Olimpiade 2024, tamat.

Sepanjang 90 menit waktu penuh, Garuda Muda telah menunjukkan karakter mentalitas pantang menyerah. Meski memang harus diakui, permainan Marselino dkk kurang berkembang, gagal menciptakan banyak peluang.

Di sisi lain, pemain Guinea, meski masih muda tetapi tampak telah sangat berpengalaman bermain drama di atas rumput hijau. Meski berbadan besar, namun mereka kerap jatuh guling-guling penuh drama demi mengemis pelanggaran ke wasit. Pertunjukan drama mereka sama sekali tidak menghibur, tentu saja malah membuat Shin Tae Yong dan pasukannya tampak frustasi.

Kepeminpinan wasit dan official pertandingan tidak lebih baik dari wasit dan official Piala Asia, yang memimpin laga Indonesia vs Uzbekistan itu. Seakan, tantangan kita menuju panggung tertinggi sepak bola dunia bukan hanya melawan 11 pemain di lapangan, tetapi organisasi sepakbola regional dan dunia pun seolah jadi penghalang.

Laga Timnas Indonesia melawan Guinea kali ini, wasit kembali melakukan beberapa keputusan kontroversi yang merugikan Timnas Indonesia. Shin Tae Yong tampak marah besar ke wasit pun mendapatkan kartu merah.

STY tidak terima keputusan kontroversial wasit yang memberi hadiah penalti kedua kepada Guinea (sumber gambar: tangkapan layar)

Meski telah kalah, tetap ada secercah harapan terlihat di momen setelah pertandingan. Ketua PSSI, Erick Thohir penuh keyakinan menyemangati semua orang. “Tidak apa-apa” katanya berkali-kali. Semoga itu pertanda baik bagi persepakbolaan kita.

Sejauh ini, sepak bola kita telah melangkah melampaui target-target yang dipikulkan ke pundak Timnas. Kita akan melangkah lebih jauh lagi di masa-masa mendatang, jika PSSI serius menyelesaikan banyak pekerjaan rumahnya, seperti kompetisi yang baik di semua level, pembinaan semua tingkatan umur secara lebih baik lagi, dan berbagai masalah lainnya.

Timnas kita pasti mampu menghapus sisa jarak 50 Km dari Paris itu, dengan catatan pondasi terpenting persepakbolaan kita dibenahi serius. Kompetisi liga dalam negeri adalah intinya, sebab opsi naturalisasi diaspora Indonesia sudah berhasil membawa Timnas sedekat 50 Km dari Paris.

Saatnya memperbaiki Liga, sehingga pijakan persepakbolaan kita lebih lestari dan kokoh, seperti raksasa-raksasa Asia lainnya. Liga kita harus semaju K-League, seketat J-League, dan semegah Saudi Pro League. (dmdth)