MAROS, UNHAS.TV - Desa Pattiro Deceng menjadi lokasi pengabdian Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (Himakaha) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FK Unhas), melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa).
Melalui program bertajuk Smart Agriculture Technology for Optimalized Animal Farming (SATOA), mahasiswa kedokteran hewan datang bukan sebagai pengajar, tetapi sebagai kolaborator yang siap bertukar gagasan dan bekerja berdampingan dengan masyarakat.
Kegiatan sosialisasi yang berlangsung di Aula P4S Asamayama dimulai dengan dialog terbuka antara mahasiswa, peternak, dan perangkat desa, membahas tantangan serta potensi yang ada di wilayah tersebut.
Lebih dari 50 peserta turut hadir dalam kegiatan ini, termasuk perwakilan pemerintah desa, tokoh masyarakat, akademisi, serta kelompok peternak.
Acara secara resmi dibuka oleh Sekretaris Camat Camba, Nurdiana, S.Pt., yang menyampaikan apresiasi dan harapan besar terhadap peran mahasiswa dalam pembangunan desa.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif ini. Kehadiran mahasiswa harus menjadi pemantik perubahan yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat, terutama di sektor peternakan yang menjadi tumpuan ekonomi desa kami,” ungkap Nurdiana.
Arsyad Rahman, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pattiro Deceng, juga menyampaikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan program ini, yang menurutnya membuka peluang besar bagi kemajuan sektor peternakan desa secara berkelanjutan.
“Kami berharap ini menjadi langkah awal bagi peternakan kami untuk tumbuh lebih maju. Dengan pendampingan yang konsisten, kami yakin desa ini bisa menjadi contoh bagi wilayah lain,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim PPK Ormawa Himakaha, Abid Nabil, memperkenalkan 14 anggota tim yang berasal dari berbagai latar belakang keilmuan.
Ia menegaskan bahwa kehadiran tim bukan untuk membawa solusi instan, melainkan untuk belajar dari masyarakat dan bersama-sama merancang inovasi yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
“Kami percaya bahwa perubahan terbaik lahir dari kolaborasi. Karena itu, kami hadir untuk mendengar, memahami, dan tumbuh bersama masyarakat—bukan untuk menggurui, melainkan untuk berjalan beriringan dalam menciptakan solusi yang relevan dan berkelanjutan,” ujar Abid Nabil.
Komitmen serupa disampaikan oleh Ketua Himakaha FK Unhas, Ahmad Rayhan, yang menekankan pentingnya peran organisasi mahasiswa dalam menciptakan dampak nyata dan berkesinambungan, melebihi sekadar rutinitas kegiatan simbolik.
Sebagai bentuk keseriusan kolaborasi lintas sektor, kegiatan ini turut dirangkaikan dengan penandatanganan MoU antara Himakaha FK Unhas dan tiga mitra, yaitu PT. Dahlia Duta Utama Indonesia, PT. Satwa Medika Utama (Sadita), dan PT. Vadco Prosper Mega.
Ketiga mitra ini berkomitmen mendukung implementasi program melalui pelatihan teknis, penyediaan sarana pendukung, serta pendampingan berkelanjutan dalam pengembangan peternakan berbasis komunitas.
Sebagai langkah awal implementasi, tim juga secara resmi meluncurkan Kelompok Ternak Binaan Desa Pattiro Deceng, yang akan difungsikan sebagai pusat pelatihan, laboratorium sosial, dan model praktik penguatan kapasitas peternak lokal.
Kelompok ini diharapkan dapat menjadi motor penggerak inovasi dan inspirasi bagi peternak lainnya di wilayah sekitar.
Melalui pendekatan kolaboratif antara mahasiswa, masyarakat, dan sektor industri, Desa Pattiro Deceng kini dapat dikatakan mulai menapaki babak baru sebagai pusat inovasi peternakan desa yang mandiri, adaptif, dan berkelanjutan. (*)