MAKASSAR,
UNHAS.TV- Israel pada hari Kamis (26/12) melancarkan serangan udara
besar-besaran ke Sana’a, ibu kota Yaman, dan bandara kota tersebut. Al-Mayadeen
melaporkan bahwa serangan tentara rezim Zionis ke Bandara Sana'a terjadi saat
dua pejabat PBB berada di bandara tersebut, yaitu Kepala Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan Koordinator Residen PBB di Yaman, David Gressly. Akibat
serangan tersebut, salah satu kru penerbangannya terluka.
Tedros
Adhanom Ghebreyesus
menulis di platform X bahwa dirinya dan
rekan-rekannya di PBB dalam kondisi baik, namun mereka harus menunggu hingga
situasi di bandara kembali normal agar dapat meninggalkan Yaman.
Serangan
udara Israel dilakukan setelah beberapa hari serangan roket oleh kelompok
Houthi. Militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan infrastruktur yang
digunakan oleh kelompok Houthi di Bandara Internasional Sana’a dan
pelabuhan-pelabuhan di kota Al-Hudaydah. Israel juga mengklaim bahwa stasiun
pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya menjadi target karena digunakan
untuk menyelundupkan senjata.
Militer
Israel tidak menanggapi pertanyaan terkait keberadaan Tedros Adhanom Ghebreyesus,
namun dalam pernyataannya, mereka menyatakan bahwa mereka memiliki
"kemampuan untuk menyerang lokasi yang sangat jauh dari wilayah Israel
secara sangat presisi, kuat, dan berulang kali."
Media rezim
Zionis, ynetnews (26/12), mengklaim bahwa
dalam serangan tentara rezim Zionis ke Yaman, 100 jet tempur Zionis turut ambil
bagian. Benjamin
Netanyahu, Perdana Menteri Israel, juga menyatakan bahwa serangan ini akan
terus berlanjut hingga, menurutnya, "pekerjaan selesai dilakukan."
Ia juga menambahkan bahwa pemerintahnya bertekad untuk
"menghapus cabang teroris dari poros kejahatan Iran ini." Perdana
Menteri Israel juga mengancam akan melanjutkan tindakan tersebut hingga tujuan
akhirnya tercapai.
Serangan ini
terjadi satu hari setelah Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Houthi juga akan
"mempelajari pelajaran yang telah dipelajari oleh Hamas, Hizbullah, dan
rezim Assad."
Media Houthi
mengonfirmasi bahwa serangan tersebut memang terjadi, namun tidak memberikan
banyak rincian terkait hal ini. Sebelumnya, militer Amerika Serikat juga telah
menyerang kelompok Houthi di Yaman dalam beberapa hari terakhir.
Stasiun televisi Al-Masirah yang berafiliasi dengan kelompok
Houthi menyebut serangan ini sebagai "agresi Israel."
Sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober tahun lalu,
Houthi telah meluncurkan beberapa roket dan drone ke arah Israel, dan
menyatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas dengan
rakyat Palestina.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah berulang kali
menyatakan bahwa Israel menargetkan pelabuhan-pelabuhan di Yaman yang merupakan
jalur masuk penting untuk bantuan kemanusiaan ke negara tersebut. Yaman adalah
negara dengan krisis ekonomi yang parah di dunia Arab namun solidaritas terhadap
Palestina dan perlawanan terhadap Amerika dan Zionis Israel tak pernah surut.
Menurut laporan Al-Mayadeen bahwa serangan terbaru tentara rezim Zionis
terhadap Bandara Internasional Sana'a telah mengakibatkan 3 orang syahid dan 16
orang terluka.
Wartawan Al-Mayadeen mengungkapkan bahwa salah satu korban
luka di Bandara Sana'a adalah asisten pilot pesawat PBB, sementara dua dari
korban syahid merupakan staf bandara.
Selain itu, Al-Mayadeen melaporkan bahwa dalam serangan
tentara rezim Zionis terhadap Bandara Sana'a, sekelompok pasien yang berada di
ruang tunggu bandara menjadi sasaran.
Sementara itu, Al-Masirah menyatakan bahwa akibat serangan
tentara rezim Zionis terhadap pelabuhan Ras Isa di Al-Hudaydah, Yaman, satu
orang gugur syahid dan tiga orang lainnya hilang.
Wartawan
Al-Mayadeen melaporkan bahwa serangan tentara rezim Zionis ke Al-Hudaydah
dilakukan dengan dukungan kapal perang Amerika Serikat.
Selain itu,
menurut laporan dari Al-Mayadeen, dalam serangan tentara rezim Zionis terhadap
Yaman, pembangkit listrik pusat Hezyaz dan pelabuhan Al-Hudaydah , Salif dan Ras Kanatib
menjadi sasaran, kata militer Israel.
Televisi
rezim Zionis, mengutip beberapa sumber, mengumumkan bahwa serangan ke Yaman
tidak mendapat persetujuan dari kabinet rezim Zionis, melainkan dilakukan atas
persetujuan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri, dan Israel Katz, Menteri
Pertahanan rezim tersebut. (*)