.webp)
Aula Prof. Mattulada, Fakultas Ilmu Budaya Unhas, menjadi saksi semangat kebangsaan yang dikobarkan dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI oleh A. Abd. Waris Halid, Anggota MPR RI sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas, pada Senin, 21 April 2025. Credit: Dokumen Pribadi.
Tantangan Internal dan Eksternal Bangsa
Suasana semakin reflektif saat narasumber utama, Dr. Syahrir Cakkari, SH, membedah tantangan kebangsaan dalam bingkai empat pilar. Ia merujuk pada TAP MPR Nomor VI Tahun 2001 yang menyebutkan lima tantangan internal yang masih dihadapi bangsa:
- Lemahnya penghayatan dan pengamalan agama, serta berkembangnya pemahaman keagamaan yang sempit.
- Fanatisme kedaerahan dan pengabaian terhadap kepentingan nasional.
- Minimnya penghargaan terhadap kebhinekaan dan kemajemukan.
- Krisis keteladanan di kalangan pemimpin dan tokoh bangsa.
- Lemahnya penegakan hukum yang belum optimal.
Selain tantangan internal, Syahrir menyoroti dua tantangan eksternal:
- Semakin luasnya pengaruh globalisasi yang membawa kompetisi tajam antarbangsa
- dan meningkatnya intervensi kekuatan global dalam kebijakan nasional.
Namun, ia tidak berhenti di situ. Syahrir menyodorkan Pancasila sebagai jawaban atas tantangan itu. Ia menegaskan posisi Pancasila dalam empat dimensi: sebagai dasar dan ideologi negara, sebagai philosophische grondslag (filsafat mendalam bangsa), sebagai pandangan hidup (way of life), dan sebagai alat pemersatu bangsa.
Sambutan dari FIB: Rumah Intelektual Bangsa
Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Akin Duli, menyambut baik pelaksanaan sosialisasi ini. Ia menilai kegiatan ini sangat penting untuk memperkaya pemahaman para mahasiswa tentang nilai-nilai luhur yang menjadi penopang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan penuh semangat, Prof. Akin menegaskan bahwa FIB Unhas sebagai rumah intelektual budaya bangsa memiliki tanggung jawab untuk terus memelihara dan mengembangkan semangat kebangsaan yang inklusif dan toleran.
Turut hadir pula Prof. Andi Muhammad Akhmar, Direktur Alumni Unhas, yang memperkuat sinergi antara kampus dan alumni dalam memajukan nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan.
Di tengah dunia yang penuh guncangan, forum seperti ini bukan hanya ritual tahunan. Ia adalah suara yang mengingatkan: Indonesia dibangun di atas dasar nilai, dan tugas kita semua—dosen, mahasiswa, alumni, pemimpin, seluruh masyarakat Indonesia—adalah menjaga agar nilai itu tak luntur dimakan zaman. Karena bangsa yang besar, adalah bangsa yang tak pernah melupakan akar dan fondasi tempat ia berpijak.(*)