MAKASSAR, UNHAS.TV — Suasana Aula Prof. Mattulada di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin pagi itu, 21 April 2025, tidak seperti biasanya. Ratusan mahasiswa, dosen, hingga alumni berkumpul dengan penuh perhatian untuk mengikuti kegiatan yang tidak sekadar formalitas, tetapi menyentuh jantung kebangsaan: Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.
Di tengah riuh rendah zaman yang bergerak cepat dan tak terduga, sosok A. Abd Waris Halid—anggota MPR RI sekaligus Wakil Ketua Komite II DPD RI—mengambil peran sebagai penjaga lentera kebangsaan. Dalam sambutannya, ia tidak sekadar membuka acara, melainkan mengingatkan semua yang hadir akan satu pertanyaan esensial: Bagaimana bangsa ini tetap berdiri kokoh di tengah derasnya arus globalisasi, revolusi digital, konflik geopolitik, dan pergeseran nilai?
Jawabannya, kata Waris, terletak pada empat pilar kebangsaan: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagai Ketua Ikatan Alumni FIBRA, Waris tidak berbicara dengan gaya pidato kosong. Ia menyajikan refleksi yang dalam: “Empat pilar ini bukan sekadar hafalan saat upacara bendera. Ia adalah roh, napas, dan arah bangsa ini,” ujarnya dengan tegas. Pancasila, menurutnya, bukan doktrin lama yang usang, tetapi falsafah hidup yang fleksibel dan selalu relevan.
Mengutip Samuel Huntington dalam Crash of Civilizations, Waris menjelaskan bahwa dunia kini tidak sedang mengalami benturan antarnegara atau ideologi, melainkan benturan antarperadaban—antara nilai-nilai, budaya, agama, dan identitas. “Di sinilah letak tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia,” ungkapnya. “Kita ini miniatur dunia: 1.300 suku bangsa, ratusan bahasa daerah, dan enam agama hidup berdampingan. Jika kita bisa menjaga harmoni dalam keberagaman, maka kita bukan hanya bertahan, tapi memimpin dunia.”
Akronim yang Menyatukan: PBNU
Menariknya, sosialisasi ini dikemas tidak kaku. Fadlan Ahmad, sekretaris Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ilmu Budaya dan Sastra (IKA FIBRA) yang bertindak sebagai moderator, mengenalkan akronim PBNU untuk memudahkan para peserta mengingat isi Empat Pilar: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.
Dalam pengantarnya, Fadlan menekankan peran penting setiap pilar: Pancasila sebagai filsafat hidup dan way of life; UUD 1945 sebagai konstitusi dasar negara; NKRI sebagai simbol kesatuan; dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan toleransi yang mengikat semua keragaman bangsa.