Nasional
News

Ekspedisi Patriot UI di Mamuju Tengah, Dorong Pembangunan Kawasan Transmigrasi Lewat Kolaborasi Ilmu

EKSPEDISI PATRIOT. Ketua Tim Ekspedisi Patriot Wilayah Sulawesi Barat, Feriska Ajeng Anantri SAB MA memberikan keterangan tentang Ekspedisi Patriot yang digagas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di Unhas Hotel and Convention, Senin (20/10/2025). Tim Ekspedisi Patriot dari Universtas Indonesia ini akan bertugas di daerah transmigrasi di Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. (dok unhas.tv)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Program Ekspedisi Patriot yang digagas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjadi langkah strategis mempercepat pembangunan kawasan transmigrasi berbasis ilmu pengetahuan dan kolaborasi lintas sektor.

Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat (Sulbar), menjadi salah satu titik fokus pelaksanaan program tersebut tahun 2025 ini.

Program ini melibatkan para akademisi, alumni, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi, termasuk Universitas Indonesia (UI), untuk melakukan pemetaan potensi desa transmigrasi serta merancang solusi nyata bagi masyarakat lokal.

Selama ekspedisi, tim terjun langsung ke delapan desa transmigrasi yakni Tobadak 1 hingga Tobadak 8, untuk mengidentifikasi potensi serta tantangan pembangunan di wilayah tersebut.

Hal itu dijelaskan Ketua Tim Ekspedisi Patriot Wilayah Sulawesi Barat, Feriska Ajeng Anantri SAB MA dalam keterangannya di Unhas Hotel and Convention, Senin (20/10/2025). 

“Ekspedisi ini adalah bagian dari inisiatif strategis Kementerian Transmigrasi melalui Pak Menteri Iftitha Sulaiman untuk menyinergikan data pusat dengan kondisi riil di daerah," kata Feriska.

"Kami hadir bukan hanya untuk mengamati, tapi berbaur, tinggal bersama masyarakat, dan memahami langsung permasalahan yang mereka hadapi,” lanjutnya.

Feriska memimpin tim beranggotakan empat orang: Grace Victoria Brahmana, STr Bns, Anissa Tufah Wulandari, Alfiona Saleh, dan Lutfiah Nurfadillah.

Mereka melakukan observasi intensif, wawancara, dan pemetaan sosial selama satu bulan awal. Program ekspedisi ini akan berlangsung selama tiga bulan penuh, dari September hingga Desember 2025.

Hasil pengamatan awal tim menunjukkan potensi ekonomi lokal yang cukup menjanjikan. Meski masyarakat Tobadak selama ini bergantung pada bisnis kelapa sawit, sektor pertanian memiliki peluang besar untuk dikembangkan, terutama komoditas kakao, jagung, dan pisang kapok.

Selain itu, sektor peternakan, khususnya sapi, juga dinilai memiliki potensi besar untuk menopang ekonomi masyarakat.

“Kami menemukan potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal, seperti pengembangan pisang kelevendis yang baru sebatas program. Di bidang peternakan, kami sedang merancang model distribusi sapi per keluarga per desa untuk dikembangkan secara sistematis,” ujar Feriska.

Meski demikian, masih banyak hambatan yang dihadapi masyarakat. Infrastruktur dasar di Kecamatan Tobadak dinilai belum mendukung perkembangan ekonomi lokal.

Jalanan antardesa banyak yang rusak, akses internet minim, dan penerangan jalan terbatas. Kondisi ini memperlambat mobilitas warga dan mempersempit peluang usaha kecil berkembang.

“Untuk UMKM dan ekonomi desa berkembang, akses jalan dan internet adalah kunci. Banyak masyarakat memiliki potensi usaha, tapi terhambat karena transportasi sulit dan jaringan internet sangat terbatas,” kata Feriska menambahkan.

Untuk memperkuat perancangan kolaborasi sosial dan peta komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah daerah, Feriska juga menggandeng Prof Dr H Muhammad Asdar SE MSi, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin (Unhas).

Keterlibatan akademisi Unhas ini dinilai penting untuk merancang model alur komunikasi dan kemitraan antarpihak agar kebijakan pembangunan lebih tepat sasaran.

Program ini juga mendorong sinergi lebih luas antara perguruan tinggi di Pulau Jawa dengan kampus lokal di luar Jawa. Feriska berharap Ekspedisi Patriot dapat diperluas, termasuk dengan melibatkan kampus seperti Unhas agar solusi yang dirancang lebih kontekstual dengan kondisi daerah.

“Penguatan jejaring antar kampus, pemerintah, dan masyarakat adalah kunci utama pembangunan kawasan transmigrasi yang berkelanjutan,” ujar Feriska.

Melalui ekspedisi ini, Kemendes PDTT menargetkan pembangunan kawasan transmigrasi tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga menyentuh aspek sosial, ekonomi, dan pengetahuan lokal.

Kolaborasi lintas sektor diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekonomi desa, mempercepat akses pembangunan, serta mewujudkan kawasan transmigrasi yang mandiri dan berdaya saing.

(Zahra Tsabitha Sucheng / Andi Muhammad Syafrizal / Unhas.TV)