Budaya
Hiburan
News

Film Loupetoo: Mainan, Luka, dan Harapan dari Negeri Persia, Saksikan Malam Ini di Unhas TV

undefined

UNHAS.TV - Dalam dunia sinema animasi yang sering kali didominasi oleh kilau teknologi barat dan cerita-cerita tentang superhero, “Loupetoo” hadir sebagai sebuah kejutan yang sunyi namun sarat makna.

Film garapan Abbas Askari tahun 2022 ini bukan sekadar tontonan anak-anak, melainkan sebuah karya penuh filosofi tentang penyembuhan, kasih sayang, dan iman manusia dalam menghadapi kerapuhan jiwa.

Diproduksi oleh Sureh Film Organization di bawah naungan Islamic Ideology Dissemination Organization, “Loupetoo” menawarkan narasi yang sederhana di permukaan, tetapi menyimpan kedalaman spiritual yang jarang ditemukan dalam film animasi modern.

Ceritanya berpusat pada Dr. Saeed Kamali, seorang pemilik sanatorium yang memilih cara tak lazim dalam mengobati pasiennya. Alih-alih menggunakan obat, Saeed justru mengobati dengan cara mengajarkan mereka membuat mainan.

Mainan itu bukan sekadar hasil karya tangan, melainkan bentuk terapi yang memulihkan rasa percaya diri, membangkitkan imajinasi, dan menghidupkan kembali semangat hidup para pasien.

Di ruang-ruang sanatorium yang suram, warna dan bentuk mainan seolah menjadi cahaya kecil yang menembus dinding kesedihan.

Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Ketenangan sanatorium runtuh ketika seseorang yang menyamar sebagai pasien melakukan sabotase dan menutup bengkel mainan.

Para pasien kembali terjerembab ke dalam kegelapan mental, sementara Dr. Kamali berjuang keras untuk memulihkan mereka.

Dalam keputusasaan itulah, muncul sosok “malaikat harapan”, bukan makhluk bersayap dalam arti harfiah, tetapi simbol dari kekuatan spiritual dan keikhlasan yang menuntun manusia keluar dari keterpurukan.

Askari memadukan realisme sosial dengan alegori religius yang lembut. Ia tidak menjejali penonton dengan dogma, melainkan mengundang mereka untuk merasakan.

Dalam setiap gerak, warna, dan cahaya, ada pesan tentang keutuhan jiwa yang harus dicari, bukan diberikan. Film ini berjalan perlahan, penuh ruang untuk hening — seperti meditasi yang dijalani bersama karakter-karakternya.

Visualnya memukau tanpa berlebihan. Garis-garis lembut dan palet warna pastel menghadirkan suasana yang intim. Gerak animasinya mungkin tidak semegah produksi studio besar, tetapi justru dalam kesederhanaannya tersimpan pesona.

Gaya Studio Ghibli

Gaya animasi “Loupetoo” mengingatkan pada karya-karya Studio Ghibli, terutama dalam caranya mengangkat isu kemanusiaan melalui simbolisme sehari-hari.

Yang menarik, judul “Loupetoo” sendiri berasal dari bahasa Kerman, Iran, yang berarti mainan buatan tangan. Pilihan kata ini terasa pas, sebab seluruh filmnya bagaikan “mainan” yang dibuat dengan cinta, sederhana namun penuh jiwa.

Setiap adegan dirancang dengan sensitivitas emosional yang kuat, memperlihatkan bagaimana kreativitas bisa menjadi jembatan menuju penyembuhan batin.

Film ini bukan tanpa lapisan sosial. Askari menyelipkan kritik halus terhadap dunia yang semakin mekanistik, di mana manusia kehilangan sentuhan kemanusiaannya.

Sabotase terhadap bengkel mainan menjadi metafora tentang bagaimana keserakahan dan kecurigaan bisa menghancurkan ruang-ruang empati.



Namun, Loupetoo tidak tenggelam dalam pesimisme. Ia justru memilih untuk menutup ceritanya dengan keyakinan bahwa harapan, sekecil apa pun, tidak pernah benar-benar padam.

Kekuatan “Loupetoo” terletak pada kemampuannya menjangkau semua usia. Anak-anak akan menikmatinya sebagai kisah tentang mainan dan keajaiban, sementara orang dewasa akan membacanya sebagai refleksi spiritual.

Di balik animasi lembutnya, tersimpan renungan tajam tentang dunia modern yang kehilangan makna.

Tak heran bila film ini mendapat pengakuan internasional, termasuk penghargaan Best Animation Film di Ahmedabad International Children Film Festival 2022 di India.

Tahun 2025, “Loupetoo” kembali mencuri perhatian lewat pemutarannya di Vittorio Veneto Film Festival (VVFILMF) di Italia, sebuah festival yang merayakan sinema anak dan remaja dengan pendekatan edukatif.

Melalui “Loupetoo”, Abbas Askari berhasil menegaskan bahwa animasi bukan hanya medium hiburan, tetapi juga medium perenungan.

Di tangan Askari, selembar kain bisa menjelma menjadi malaikat, sepotong kayu menjadi sumber kebahagiaan, dan sebuah mainan menjadi simbol kesembuhan jiwa.

Film ini mengajarkan satu hal sederhana namun abadi: bahwa di dunia yang penuh luka, cinta dan harapan tetap bisa dijahit kembali, bahkan dari serpihan mainan yang hancur. (*)

Tentang LOUPETOO - 2022

Genre: Animasi, Petualangan

Ringkasan: Film animasi Iran ini mengisahkan tentang Dr. Saeed Kamali, seorang pemilik sanatorium yang mengobati pasien dengan mengajari mereka membuat mainan. Namun, suatu ketika, seseorang yang menyamar sebagai pasien menyabotase dan menutup bengkel mainannya.

PlotPutra Dr. Kamali, Ali, berusaha membantu ayahnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Meskipun usaha mereka awalnya tidak membuahkan hasil, "malaikat harapan" kemudian muncul untuk membantu mereka mengatasi situasi tersebut.

Fakta menarik: Judul film ini berasal dari kata dalam bahasa Kerman, Iran, yang berarti "mainan buatan tangan". 

Tayang di Unhas TV: Sabtu, 11 Oktober 2025 di Unhas TV