”Unhas sendiri telah menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung inklusivitas bagi siapapun yang ingin menempuh pendidikan di Unhas, termasuk dengan menyediakan beasiswa khusus bagi mahasiswa disabilitas dan memastikan setiap fakultas turut mendukung terciptanya lingkungan yang inklusif,” jelas Prof. JJ
Pada acara itu juga diberikan penghargaan Gender Champion Unhas kepada Ketua Dharma Wanita Persatuan Unhas DR Hartati Tamti ST, MSi yang juga istri Prof JJ.
Terdapat momen menarik pada kegiatan itu. Unhas sebagai kampus inklusif juga menyediakan penerjemah bahasa isyarat dalam bahasa Inggris dan Indonesia karena narasumber yang hadir ada yang berasal dari Australia, dan salah satunya merupakan difabel tuna rungu.
Demi mempermudah komunikasi, penerjemah menjelaskan apa yang disampaikan narasumber maupun yang disampaikan penanya pada sesi tanya jawab.
Acting Australian Consul General In Makassar Philippa Armstrong, menegaskan bahwa tanpa kesetaraan gender, tidak akan ada hak asasi manusia.
Ia juga menuturkan, pemerintah Australia melalui programnya telah melakukan pemberdayaan perempuan di salah satu desa di Kabupaten Maros.
Program ini untuk meningkatkan kepercayaan diri perempuan serta membekali perempuan agar dapat mengutarakan pandangannya di depan lelaki yang mereka nikahi.
Bahkan dalam setiap hari, peringatan Internasional Women’s Day, pemerintah Australia selalu melakukan investasi. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempercepat kemajuan di semua bidang kehidupan internasional.
>> Baca Selanjutnya