Kesehatan
Unhas Sehat

Kurkumin Kunyit dan Asa Pencegahan Kanker, Prof Citra Dorong Riset Pangan Fungsional

MAKASSAR, UNHAS.TV – Siapa sangka, rempah yang selama ini akrab di dapur masyarakat Indonesia memiliki potensi besar sebagai senjata alami untuk mencegah kanker.

Kunyit, dengan warna khas kuning-oranye yang dimilikinya, ternyata menyimpan zat bernama kurkumin—senyawa aktif yang kini mendapat sorotan di dunia kesehatan karena dapat mendegah kanker.

Hal tersebut menjadi perhatian Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) Prof Dr dr Citra Kesumasari MKes SpGK.

Di sela kegiatan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Himpunan Petani Sejahtera Mandiri Indonesia (HPSMI) Sulawesi Selatan, Kamis (17/4/2025), Prof. Citra menyampaikan pandangannya mengenai potensi kunyit  yang dapat dikembangkan petani.

Utamanya kunyit dibudidayakan sebagai pangan fungsional—yakni bahan pangan yang tidak hanya memberi nutrisi, tetapi juga manfaat tambahan untuk kesehatan.

“Kurkumin pada kunyit memiliki peran sebagai zat fungsional yang bisa membantu mencegah kanker. Tentu ini adalah peluang bagi petani," ujarnya.

"Bukan sebagai pengobatan utama, tapi lebih kepada bagaimana kita menjaga tubuh dengan bahan alami yang memiliki manfaat kesehatan,” jelasnya.

Sebagai seorang dokter ahli gizi dan peneliti aktif, Prof. Citra tidak hanya bicara dari sisi teori. Ia berbagi hasil penelitiannya mengenai alfalaktalbumin dan oleic acid, dua zat gizi yang telah ditelitinya dalam kaitannya dengan pencegahan kanker usus besar dan kanker payudara.

Kini, ia tengah melangkah lebih jauh dengan menggabungkan kurkumin ke dalam formula penelitiannya—sebuah upaya integratif yang menggabungkan ilmu pangan, kesehatan, dan pengembangan lokal.



Manfaat Kunyit


“Dari literatur dan hasil-hasil studi yang kami baca, kurkumin juga menunjukkan aktivitas antikanker yang signifikan.

"Kami ingin melihat bagaimana interaksi kombinasi zat ini dalam mendukung upaya pencegahan kanker,” ungkapnya.

Lebih dari sekadar penelitian, Prof. Citra menekankan pentingnya pemberdayaan pangan lokal sebagai bagian dari strategi pencegahan penyakit kronis.

Bagi masyarakat Indonesia, hal ini bukan hanya soal menjaga kesehatan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi dari kekayaan alam sendiri.

“Bayangkan kalau masyarakat bisa mengonsumsi produk berbasis kunyit yang tidak hanya aman dan sehat, tetapi juga hasil dari inovasi lokal. Ini bisa jadi langkah nyata mendukung ketahanan kesehatan sekaligus ekonomi,” tuturnya.

Prof. Citra adalah satu dari sedikit akademisi yang tak hanya aktif di laboratorium dan ruang kuliah, tapi juga terjun langsung membagikan ilmunya kepada masyarakat, petani, dan pemangku kebijakan.

Di tangannya, rempah seperti kunyit tak hanya menjadi bumbu masak—tetapi juga bagian dari harapan besar untuk masa depan yang lebih sehat.

(Rahma Humairah / Muh Syaiful / Unhas.TV)