JENEPONTO, UNHAS.TV— Di tengah lanskap perbukitan dan ladang yang membentang di Desa Gunung Silanu, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, suara riuh tawa anak-anak hari itu terdengar berbeda. Bukan karena permainan tradisional atau teriakan persaingan lari-larian, melainkan karena suara nyaring dari buku cerita yang dibacakan dengan penuh ekspresi oleh para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Hasanuddin.
Kegiatan bertajuk "Membaca Nyaring" ini menjadi bagian dari program KKN Tematik Literasi Gelombang 114 Universitas Hasanuddin, bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Bertempat di Perpustakaan Al Fauzan, sebuah pojok literasi sederhana namun penuh semangat di desa tersebut, kegiatan ini menyasar anak-anak usia sekolah dasar dan pra-remaja yang tinggal di sekitar lokasi.
“Bintang kecil sedang mencari jalan pulang…,” ucap salah satu mahasiswa dengan intonasi lembut namun penuh semangat, membuka lembaran cerita yang disimak khusyuk oleh anak-anak. Mereka duduk bersila, sebagian menyandarkan tubuh pada rak buku kayu, sebagian lagi antusias mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan seputar cerita. Suasana yang menggambarkan bahwa membaca, di tangan yang tepat, dapat menjelma jadi petualangan yang menyenangkan.

Seorang mahasiswa KKN Tematik Literasi Universitas Hasanuddin membacakan buku cerita bergambar secara nyaring kepada anak-anak Desa Gunung Silanu, Jeneponto, di Perpustakaan Al Fauzan (23/7). Kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi Unhas dan Perpustakaan Nasional RI untuk menumbuhkan minat baca sejak dini melalui pendekatan interaktif dan penuh imajinasi, sekaligus memperingati Hari Anak Nasional 2024. Kredit: Mahasiswa KKN Gelombang 114.
Lebih dari sekadar mendengar cerita, anak-anak ini diajak berdiskusi, mengimajinasikan tokoh, dan bahkan diminta menyampaikan pendapat mereka. Di sinilah literasi tidak lagi menjadi beban, melainkan permainan kata yang menyenangkan.
Kegiatan ini menjadi lebih istimewa karena bertepatan dengan momentum Hari Anak Nasional. Dalam sesi khusus, anak-anak diberikan selembar kertas kosong dan diminta menuliskan harapan mereka. Ada yang menulis ingin menjadi guru, dokter, atau memiliki sekolah sendiri. Namun yang paling mengharukan, adalah ketika seorang anak menuliskan, “Saya ingin orangtua saya tidak capek lagi kerja.” Tulisan-tulisan polos itu adalah suara hati yang selama ini mungkin tak pernah punya ruang untuk didengar.
Tipan Londong, mahasiswa yang menjadi koordinator kegiatan, mengatakan bahwa membaca nyaring bukan sekadar metode pembelajaran, tetapi jalan membuka dunia baru bagi anak-anak di desa. “Kami ingin menghidupkan imajinasi mereka, memberi kesempatan untuk berpikir bebas, dan menumbuhkan kepercayaan diri. Karena dari membaca, mereka bisa bermimpi lebih tinggi,” ungkapnya.
Dukungan dari Perpustakaan Nasional RI semakin memperkaya kegiatan ini. Sebanyak 1.000 buku berkualitas dikirim untuk menambah koleksi Perpustakaan Al Fauzan. Buku-buku tersebut mencakup cerita bergambar, ensiklopedia anak, hingga buku pengetahuan dasar, yang dirancang sesuai dengan usia dan kebutuhan kognitif anak-anak di pelosok.
Kehadiran mahasiswa KKN Unhas di Desa Gunung Silanu bukan sekadar menjalankan kewajiban akademik. Mereka hadir sebagai katalis perubahan, membawa obor kecil bernama literasi ke tempat-tempat yang selama ini belum banyak tersentuh program serupa. Dalam prosesnya, mereka tidak hanya mengajar, tapi juga belajar: tentang ketulusan, keteguhan harapan, dan arti pendidikan yang sesungguhnya.
Kegiatan seperti ini juga sejalan dengan visi besar penguatan literasi nasional yang dicanangkan pemerintah dan lembaga pendidikan tinggi. Menurut data UNESCO, tingkat minat baca di Indonesia masih tergolong rendah, dengan indeks kegemaran membaca nasional yang berada di angka 0,001, artinya dari setiap 1.000 orang, hanya 1 yang memiliki minat membaca tinggi. Fakta ini menjadi panggilan moral bagi semua pihak untuk bertindak nyata.
.webp)
Mahasiswa KKN Tematik Literasi Universitas Hasanuddin membimbing anak-anak Desa Gunung Silanu dalam kegiatan menulis dan mewarnai harapan mereka, sebagai bagian dari peringatan Hari Anak Nasional 2024. Berlangsung di Perpustakaan Al Fauzan, kegiatan ini menjadi ruang ekspresi kreatif sekaligus sarana membangun fondasi literasi anak melalui pendekatan yang menyenangkan dan penuh makna. Kolaborasi ini didukung oleh Perpustakaan Nasional RI dengan penyediaan 1.000 buku bacaan bermutu. Kredit: Mahasiswa KKN Unhas Gelombang 114.
Program "Membaca Nyaring" di Gunung Silanu barangkali hanyalah satu titik kecil di peta Indonesia. Namun dari titik-titik kecil semacam ini, jaringan literasi tumbuh, semangat membaca menyebar, dan harapan anak-anak desa pun menemukan jalannya.
Karena di balik setiap buku yang dibacakan, terselip impian yang sedang dibentuk. Dan di balik setiap anak yang tersenyum setelah mendengar cerita, ada masa depan bangsa yang sedang tumbuh—pelan, namun pasti.(*)