BARRU,UNHAS.TV— Di pesisir Kabupaten Barru, tempat ombak menjadi irama kehidupan dan perahu adalah denyut nadi, risiko adalah sahabat karib bagi para nelayan. Setiap kali mereka mengarungi laut, keselamatan adalah taruhan yang tak terelakkan. Namun, di tengah tantangan ini, sebuah secercah harapan datang dari Universitas Hasanuddin (Unhas). Tim pengabdian masyarakat PPMU-PKM Unhas, yang dikomandoi oleh Prof. Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS, baru-baru ini menggelar kegiatan edukasi vital: “Keselamatan Menyelam bagi Kelompok Nelayan sebagai Upaya Pencegahan Risiko Kecelakaan di Laut”.
Suasana di Kelurahan Sumpang Binangae pada Jumat siang itu terasa berbeda. Pukul 13.00 WITA, para nelayan yang biasanya sibuk dengan jaring dan perahu, kini berkumpul dengan antusiasme yang terpancar di wajah mereka. Registrasi peserta dan pengisian pre-test menjadi pembuka, menandai dimulainya acara yang sangat dinanti. Tingginya angka kecelakaan kerja di laut menjadi alasan utama mengapa kegiatan ini begitu relevan dan mendapatkan sambutan hangat dari peserta.
Badaruddin, Lurah Sumpang Binangae, tak bisa menyembunyikan rasa terima kasihnya. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi mendalam kepada tim Unhas. “Edukasi ini luar biasa dan sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat kami,” ujarnya, menyiratkan betapa pentingnya inisiatif semacam ini bagi warganya. Senada dengan itu, Prof. Syamsiar selaku ketua tim PKM, menaruh harapan besar. “Semoga edukasi ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman nelayan demi keselamatan mereka saat menyelam atau melaut,” tuturnya, menekankan esensi dari kegiatan tersebut.
Dari Risiko ke Keamanan: Membangun Fondasi Keselamatan Nelayan
Sesi pertama menghadirkan Prof. Dr. Lalu Muhammad Saleh, SKM., M.Kes, yang dengan lugas memaparkan urgensi edukasi keselamatan dan kesehatan kerja bagi nelayan. Ia menggarisbawahi pentingnya melindungi pekerja informal seperti nelayan, yang perannya krusial dalam menjaga ketahanan pangan laut nasional. Lebih dari itu, edukasi ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 3, "Kehidupan Sehat dan Sejahtera", serta SDG 8, "Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi", dengan memastikan nelayan dapat bekerja dalam kondisi yang aman dan manusiawi.
Lantas, Prof. Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS, mengambil alih untuk memberikan pemahaman praktis mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan di laut. Materi ini vital, mengingat terbatasnya akses layanan kesehatan di tengah samudra. Dari penanganan korban tenggelam hingga cedera kerja lainnya, keterampilan P3K ini adalah kunci penyelamatan pertama yang bisa membedakan hidup dan mati.
Puncak dari sesi materi praktis tiba ketika Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel., M.Kes, memandu diskusi tentang teknik menyelam yang aman (safety diving techniques). Ia menjelaskan secara detail bagaimana menghindari risiko yang mungkin terjadi, memastikan setiap nelayan memahami langkah-langkah preventif. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat keselamatan individu tetapi juga mendukung SDG 14: "Ekosistem Laut", dengan mendorong praktik-praktik yang tidak merusak lingkungan laut.
Acara edukasi ditutup dengan penyerahan plakat, sesi foto bersama yang penuh kehangatan, dan pengisian post-test sebagai evaluasi pemahaman peserta. Kegiatan ini bukan sekadar transfer ilmu, melainkan perwujudan kemitraan lintas sektor (SDG 17) antara akademisi, pemerintah lokal, dan masyarakat. Sebuah sinergi yang menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi para nelayan, sekaligus menunjukkan bahwa keselamatan kerja adalah bagian integral dari pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan berpihak pada kelompok pekerja rentan.
Dukungan pendanaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unhas di Tahun 2025 menjadi tulang punggung terlaksananya kegiatan PPMU-PKM ini. Harapannya, kesadaran kolektif akan pentingnya keselamatan kerja akan terus tumbuh, menjadikan setiap pelayaran bukan hanya tentang mencari nafkah, tetapi juga tentang pulang dengan selamat. Ini adalah pelita yang menerangi jalan bagi para pahlawan laut Indonesia.(*)