Opini

Selamat Tinggal Pencemaran Plastik

Say No To Plastic Pollution

Oleh: Khusnul Yaqin*

Sampah plastik telah menjadi ancaman yang sulit diatasi. Di laut, plastik mengambang dalam jumlah yang mengkhawatirkan.  Penelitian terbaru dari The 5 Gyres Institute mengungkapkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 170 triliun partikel plastik mengapung di lautan dunia, dengan berat sekitar 2 juta metrik ton.  Partikel-partikel itu sudah dibuktikan dapat merusak kehidupan organisme laut yang tentunya akan merusak kehidupan manusia yang mengonsumsinya.

Sementara di darat, tumpukannya semakin menggunung tanpa solusi yang benar-benar efektif. Gunungan sampah plastik ini selain dapat merusak kehidupan di darat  juga akan berakhir di ekosistem perairan.  

Upaya daur ulang memang terus dilakukan, tetapi jumlah plastik yang diproduksi jauh melampaui yang mampu diolah kembali. Namun, di tengah tantangan ini, sebuah terobosan baru dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membawa harapan besar: plastik yang selama ini dianggap sebagai limbah tak berguna kini bisa diubah menjadi bahan bakar berkualitas tinggi.

Prof. Dr. Hendro Juwono dan timnya berhasil mengembangkan teknologi pirolisis yang mampu mengubah limbah plastik menjadi biofuel dengan Research Octane Number (RON) mencapai 102—angka yang lebih tinggi dari bahan bakar konvensional yang saat ini digunakan. Keunggulan dari metode ini terletak pada penggunaan biomassa sebagai campuran, seperti minyak nyamplung, Crude Palm Oil (CPO), dan minyak jelantah. Kombinasi ini memungkinkan proses pirolisis berjalan pada suhu yang lebih rendah, hanya sekitar 300 derajat Celsius, sehingga lebih hemat energi dan lebih efisien dibandingkan metode lain yang hanya mengandalkan plastik sebagai bahan baku utama.


Kurangi plastik, selamatkan bumi. Gunakan alternatif ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih baik. Credit:  Vecteezy.
Kurangi plastik, selamatkan bumi. Gunakan alternatif ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih baik. Credit: Vecteezy.


Namun, agar inovasi ini dapat diterapkan secara luas, ketersediaan limbah plastik yang sesuai untuk diolah menjadi biofuel harus tetap terjaga. Dalam hal ini, bank sampah memainkan peran yang sangat penting. Selama ini, bank sampah telah menjadi garda terdepan dalam upaya pengelolaan limbah di berbagai daerah, terutama dalam hal memilah dan mengumpulkan sampah plastik yang dapat dimanfaatkan kembali. Dengan adanya sistem insentif, masyarakat terdorong untuk lebih aktif mengumpulkan dan menyerahkan sampah plastik mereka ke bank sampah, alih-alih membuangnya sembarangan atau membakar yang justru menambah polusi udara.

Melalui kerja sama dengan bank sampah, pasokan plastik untuk bahan bakar dapat lebih terjamin. Bank sampah tidak hanya membantu memilah plastik yang memiliki nilai ekonomi, tetapi juga berperan sebagai penghubung antara masyarakat, industri daur ulang, dan institusi penelitian seperti ITS. Jika sistem ini bisa berjalan dengan baik, limbah plastik yang sebelumnya hanya menjadi masalah lingkungan dapat beralih fungsi menjadi sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Di tengah upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengatasi krisis sampah plastik, inovasi ini menjadi langkah yang menjanjikan. Jika teknologi ini dapat diterapkan dalam skala besar dan didukung oleh kebijakan yang tepat, bukan mustahil suatu hari nanti kita benar-benar bisa mengucapkan: selamat tinggal pencemaran plastik.


                                                                                                                 Tamalanrea mas, 8 Maret 2025

*Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin