MAKASSAR, UNHAS.TV - Indonesia menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah penderita diabetes terbanyak, menurut data International Diabetes Federation.
Kondisi kronis ini kerap berujung pada komplikasi serius, salah satunya kerusakan ginjal yang dikenal sebagai Diabetic Kidney Disease (DKD).
Salah satu upaya menekan angka komplikasi akibat diabetes, tim mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas) berhasil mengembangkan strategi baru penghantaran obat bagi penderita penyakit ginjal diabetik.
Cara itu melalui riset bertajuk “Penghantaran Canagliflozin Berbasis Nanopartikel Antioksidan dalam Separable Effervescent Microprojection Arrays”, inovasi ini berpotensi menjadi terobosan dalam terapi non-invasif bagi pasien di masa depan.
Inovasi dengan cara terapi yang efektif dan berkelanjutan menjadi kebutuhan mendesak di tengah meningkatnya kasus tersebut.
Tim PKM-Riset Eksakta ini diketuai oleh Dian Arnita Putri Abdillah bersama anggota Nurul Rihhadatul ‘Aisy, Randy Maila, Rachelya Indira Nandini, dan Ayu Rezki Ainiyyah. Dibimbing oleh Prof Andi Dian Permana SSi MSi PhD Apt.
Mereka merancang sistem penghantaran Canagliflozin, yakni obat antidiabetes yang lazim dikonsumsi secara oral, menjadi formulasi transdermal berbasis teknologi Microprojection Arrays.
Sistem ini terdiri atas jarum-jarum mikro yang hampir tak menimbulkan rasa sakit ketika diaplikasikan di kulit.
Saat digunakan, struktur effervescent di dalamnya memisah dan membentuk gelembung yang mendorong obat terserap cepat ke aliran darah, kemudian menghantarkannya langsung ke organ sasaran, yakni ginjal.
Kombinasi dengan nanopartikel antioksidan menjadikan terapi ini tidak hanya lebih efektif, tetapi juga mampu menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
“Keunggulan sistem ini terletak pada kemampuannya meningkatkan pelepasan obat secara selektif dan memberikan kenyamanan bagi pasien,” ujar Dian Arnita dalam rilis ke Unhas.TV, Kamis (16/10/2025).
Ia menambahkan, teknologi ini membuka peluang baru dalam pengembangan sistem penghantaran obat yang lebih efisien dan ramah pasien.
Dengan pendekatan ilmiah yang menggabungkan farmasi molekuler dan rekayasa material, riset ini menegaskan peran generasi muda Indonesia dalam menjawab tantangan kesehatan global.
Di tengah meningkatnya prevalensi penyakit metabolik, inovasi dari laboratorium Unhas ini memberi harapan baru: bahwa masa depan terapi penyakit ginjal diabetik mungkin tak lagi bergantung pada pil, tetapi pada sentuhan lembut teknologi nano di permukaan kulit. (*)