Pendidikan

Tasrifin Tahara: Dari Penjual Koran Hingga Guru Besar Antropologi Kekuasaan Unhas

MAKASSAR, UNHAS.TV - Kepala Departemen Antropologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Tasrifin Tahara MSi menyadari tantangan hidup semasa kecil, ternyata bisa jadi pelecut kesuksesan di masa depan. 

Memang tak mudah menjalaninya, namun jika dibarengi dengan ketekunan dan kesabaran, serta dorongan dan doa orangtua, pintu kemudahan akan terbuka lebar.

Tasrifin makin menyadari itu setelah terpilih sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Dili Republik Demokratik Timor Leste.

Ia menceritakan, dirinya hanya berasal dari keluarga ekonomi bawah. Namun, itu tak menjadi kendala baginya mencapai kesuksesan.

Sejak 1989-1993 adalah puncak ia harus merasakan kerasnya kehidupan. demi melanjutkan hidup sekaligus membantu keluarga, Tasrifin harus berjualan koran setiap hari di sekitar pelabuhan.

"Berjualan koran ini jadi pilihan saya saat itu untuk menopang hidup", terangnya saat menjadi narasumber dalam program Unhas Figure, Studio Unhas TV, Senin (20/1/2025).

Saat itu, ia telah menginjak usia remaja dan bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bau-Bau yang merupakan sekolah favorit dan unggulan kala itu.

"Tapi sejak sekolah di sana, saya merasa sulit beradaptasi karena jam 11 siang saya harus ke pelabuhan jual koran dan di waktu itu masih jam belajar," katanya.

"Terpaksa saya harus bolos diam-diam karena malu juga untuk izin. Tapi seiring berjalan waktu saya mulai beradaptasi dan meminjam buku teman," tambah Kepala Departemen Antropologi Unhas itu.

Sejak bersekolah, ia selalu berada dalam peringkat terbawah. Hanya tiga rekan sebayanya yang bisa ia kalahkan. Namun, itu tidak pernah menyurutkan semangatnya.

Terbukti, dirinya yang lemah dalam bidang saintek seperti fisika, matematika, kimia, rupanya sangat unggul dalam bidang sosial dan hukum seperti sejarah dan politik.

"Saya unggul dibidang sejarah, politik karena tiap hari konsumsi pengetahuan dari koran. Jadi saya baca dulu sebelum jual korannya", kata Tasrifin kepada Iffa, host Unhas TV.

"Jadi biasanya pembeli sebelum beli, mereka minta saya menjelaskan dulu. Bahkan terkadang mereka beli karena unsur kasian juga penasaran," tambahnya sembari bernostalgia ke masa lalunya.

Namun sayang, satu dan lain hal sehingga Tasrifin tidak menyelesaikan sekolahnya di SMA unggulan itu dan harus pindah ke SMA 3 yang saat itu dikenal dengan sekolah pembuangan.

"Sekolah itu dulu dikenal sebagai sekolah pembuangan, isinya anak-anak nakal," ucapnya.

Tasrifin lulus sejak tahun 1993. Setelah lulus, ia tidak langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana karena kendala ekonomi dan harus menunggu satu tahun.

"Saya tidak langsung kuliah karena kendala ekonomi jadi harus antri dengan 8 saudara saya," katanya.

Tahun 1994, ia pun mencoba keberuntungan dengan memilih jurusan Antropologi di Universitas Hasanuddin. Selain sesuai dengan minatnya, pendaftar jurusan ini terbilang rendah jika dibandingkan dengan jurusan lain, seperti akuntansi dan hukum.

"Saya jadikan Antropologi pilihan pertama yang biasanya orang jadikan ini pilihan kedua dan akhirnya saya berhasil dengan satu kali percobaan," ujarnya.

Berkat menganggur selama setahun, Tasrifin merasa lebih unggul dibandingkan temannya yang lain yang juga memilih jurusan Antropologi. "Selama menganggur itu saya tetap belajar dari koran dan akhirnya saat kuliah saya merasa lebih unggul dari yang lain," ucapnya.

Demi mendapatkan pendapatan, selama kuliah, ia aktif ikut menjadi asisten dosen dan membuka jasa titip tugas atau yang sekarang istilah itu dikenal dengan "joki tugas". Tasrifin juga pernah menyabet sebagai mahasiswa berprestasi tingkat fakultas.

Tahun 1998, Tasrifin berhasil meraih gelar sarjana. Kemudian, melanjutkan Magister di Universitas yang sama dengan berbekal beasiswa hingga tahun 2000 mendapatkan gelar Magister. Setelah itu meraih gelar Doktor. Tak sampai di situ, tahun 2002 ia kembali mencoba mengikuti seleksi dosen dan berhasil lulus.

Sekarang, Tasrifin yang dikenal sebagai kepala departemen Antropologi Unhas ini akan menerima gelar baru, yakni sebagai Guru Besar bidang Antropologi Kekuasaan Unhas yang rencananya akan dikukuhkan pada pertengahan Februari 2025.

"Saya berterima kasih karena dengan berjualan koran di pelabuhan saat itu mengajarkan saya tentang kehidupan yang sebetulnya," tutup Tasrifin.(*)

Zulkarnaen (Unhas TV)