
Prof Iqbal Djawad dalam pidato pengukuhannya memberikan pandangannya tentang "Fisiologi Lingkungan, Bioenergetika dan Stresor: Tantangan yang Dihadapi Akuakultur"
Ia menuliskan, berbagai faktor lingkungan memengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup organisme akuakultur, serta bagaimana prinsip bioenergetika dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan.
Untuk meningkatkan akuakultur, penting untuk memahami fisiologi lingkungan dan bioenergetika yang merupakan disiplin ilmu yang saling berhubungan dan sangat penting bagi keberhasilan akuakultur.
Dengan memanfaatkan prinsip prinsip dari kedua bidang ilmu ini, akuakultur dimasa depan dapat menjadi lebih efisien, berkelanjutan dan mampu memenuhi kebutuhan sumber protein tanpa mengorbankan kesehatan ekosistem akuatik
"Selama beberapa dekade terakhir, terlihat bahwa peningkatan jumlah studi yang mencirikan respons fisiologi dan stress pada organisme akuakultur yang terus berkembang pesat. Beberapa spesies penting dari ikan budidaya ekonomis penting memiliki potensi besar untuk akuakultur. Sayangnya, kurangnya biomarker terkait stress dalam takson masih menjadi hambatan untuk mengevaluasi kondisi pemeliharaan," jelas Prof Iqbal.
Prof Akbar menyampaikan orasi mengenai "Tantangan Dan Peluang Pengobatan Masa Depan di Bidang Neurologi”.
Prof Akbar menjelaskan penyakit neurologi merupakan masalah kesehatan utama di tingkat nasional dan global dan merupakan kontributor terbesar angka kecacatan global dan kontributor terbesar kedua terhadap angka kematian global, sehingga merupakan tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Salah satu prioritas lain dalam manajemen penyakit- penyakit neurologi adalah pengembangan pendekatan terapi inovatif untuk menjawab berbagai tantangan dalam penyakit- penyakit yang kompleks.
Permasalahan manajemen penyakit neurologi didasari atas kompleksnya fisiologi sistem saraf, patomekanisme penyakit itu sendiri, ditambah dengan akibat dari interaksi genetik maupun lingkungan.
Prof Habibah memberikan penjelasan tentang "Upaya Pencegahan Kebutaan Akibat Diabetik Retinopati dalam Menghadapi Bonus Demografi". Kebutaan akibat gangguan retina meningkat terutama akibat komplikasi diabetes mellitus (DM).
Prevalensi DM saat ini di dunia dilaporkan mencapai 10,1%, di Indonesia mencapai 9,19%.
DM yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi antara lain stroke, gangguan kardiovaskular, gangguan ginjal dan retinopati.
Diperkirakan, sepertiga dari total pasien DM akan menderita Retinopati Diabetik (RD) dan sepertiga dari kelompok itu mengalami vision threatening bila tidak dilakukan tindakan pencegahan.
Prof Habibah menjelaskan, peningkatan kadar gula darah akan menyebabkan perubahan biokimia pada sel, baik pada retina maupun pembulu darah. Sehingga, dapat menimbulkan stress oksidatif, kebocoran dinding pembuluh darah, tersumbatnya aliran pembuluh darah, reaksi inflamasi, dan bahkan kematian sel.
"Tatalaksana pencegahan terjadinya RD atau pencegahan RD atau pencegahan progresivitas harus dilakukan dari hulu yaitu control ketat DM, tekanan darah dan kolesterol yang seringh timbul bersamaan. Kontrol factor resiko dan pengaturan nutrisi juga menjadi esensial dalam hal pencegahan retinopati diabetic,” jelas Prof Habibah.(*)