Pendidikan

Unhas Punya Empat Guru Besar Baru, Prof Tasrifin Tegaskan Pengaruh Disrupsi Teknologi

MAKASSAR, UNHAS.TV - Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc memimpin Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas dengan agenda khusus Penerimaan Jabatan Profesor untuk empat guru besar baru di Ruang Senat Akademik Unhas, Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, Selasa (18/2/20025). 

Empat guru besar baru itu berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, serta Fakultas Kedokteran. 

Pengukuhan guru besar ini juga dihadiri anggota Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Profesor. Beberapa undangan yang hadir antara lain Rektor Unpad, Dekan Fisip UI dan jajajaran tamu penting lainnya beserta keluarga besar dari para guru besar yang dikukuhkan.

Adapun empat profesor baru yang dikukuhkan adalah Prof Dr Tasrifin Tahara MSi, Guru Besar bidang ilmu antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan nomor keanggotaan 558;

Prof Ir Muhammad Iqbal Djawad MSc PhD, Guru Besar bidang fisiologi lingkungan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, dengan nomor keanggotaan 559;

Prof dr Muhammad Akbar PhD SpN Subsp NIIOO(K) DFM, Guru Besar bidang neurologi, Fakultas Kedokteran, dengan nomor keanggotaan 560;

Prof dr Habibah Setyawati Muhiddin SpM (K), Guru Besar bidang vitreoretina, Fakultas Kedokteran, dengan nomor keanggotaan 561.

Rektor Unhas Prof Jamaluddin menyampaikan ucapan selamat dan penghargaan kepada empat Guru Besar yang baru saja dikukuhkan. 

Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan bukti dedikasi, kerja keras, dan kontribusi luar biasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta kemajuan akademik di Unhas. 

Prof Jamaluddin juga menyampaikan harapan agar para Guru Besar yang baru dikukuhkan dapat terus bersumbangsih dalam pengembangan keilmuan, meningkatkan kolaborasi riset, serta memperluas jejaring akademik di tingkat nasional maupun internasional. 

"Kami mengharapkan, para Guru Besar bisa membawa inovasi dan terobosan baru yang berdampak luas bagi masyarakat. Semakin semangat dalam mendorong pengembangan tridarma perguruan tinggi, memberikan kebermanfaatan melalui penelitian inovatif yang dilakukan, serta semangat memajukan Unhas sebagai institusi pendidikan yang unggul dan berdaya saing global," ujarnya. 

Prof Tasrifin menyampaikan pidatonya mengenai "Kebudayaan dan Kekuasaan: Pemikiran Antropologi Fase 3.0 untuk Masa Depan Kebudayaan di Indonesia". 

Menurutnya, saat ini antropologi berada di fase 3.0 yang menjadi keharusan antropologi hadir cita rasa baru yang berada pada kondisi yang neo-liberal. 

Antropologi harus eksis melayani pasar yang mengakumulasi kapital dan mengeksploitasi seluruh sumberdaya baik manusia ataupun alamnya.

Prof Tasrifin mengatakan, era digitalisasi yang semakin maju, karakter hubungan antara disrupsi teknologi dan kebudayaan dalam masyarakat menunjukkan bahwa identitas budaya terancam oleh apropriasi, dilusi dan dominasi budaya. 

Disrupsi teknologi yang telah membuka pintu bagi pertukaran budaya yang cepat dan luas mengancam identitas budaya. 

Budaya lokal seringkali terpinggirkan dan menghadapi risiko hilangnya identitas lokal karena dominasi budaya global yang arus utama.

"Wujud yang paling nyata adalah apropriasi budaya yang menegaskan suatu adopsi atau pemanfaatan kebudayaan oleh orang luar kebudayaan tanpa pemahaman makna dan penghargaan atas sejarah kebudayaan tersebut yang tidak jarang berisiko memuat kepentingan komersial atau politik, dilusi budaya yang merupakan proses mencairnya budaya akibat kontestasi dalam wacana media," jelas Prof Tasrifin.


>> Baca Selanjutnya