MAKASSAR, UNHAS.TV - Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali menggelar prosesi wisuda periode September Tahun Akademik 2024/2025.
Digelar selama dua hari, Selasa (2/9/2025) hingga Rabu (3/9/2025), sebanyak 2.771 lulusan resmi dikukuhkan Unhas di Baruga A.P. Pettarani. Acara berlangsung dalam tiga tahap dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Unhas.TV.
Dari ribuan toga yang terlipat rapi, muncul satu pertanyaan besar, setelah ini, ke mana arah langkah para wisudawan? Berkarier di dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi?
Jumlah lulusan kali ini terdiri atas 1.021 laki-laki atau 36,85 persen dan 1.750 perempuan atau 63,15 persen. Mereka berasal dari program sarjana, vokasi, magister, doktor, spesialis, dan profesi.
Hadir dalam setiap prosesi itu Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc, Majelis Wali Amanat, para wakil rektor, Sekretaris Universitas, Ketua Senat Akademik, jajaran dekan, serta orang tua wisudawan.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof drg Muhammad Ruslin MKes PhD SpBM(K), menjelaskan bahwa wisuda kali ini dibagi menjadi tiga tahap. “Satu tahap pada 2 September dan dua tahap pada 3 September,” katanya.
Di balik prosesi yang khidmat, keputusan besar menanti setiap lulusan. Bagi sebagian, memasuki dunia kerja adalah pilihan paling realistis.
“Mau cari pengalaman dulu sebelum lanjut pendidikan,” ujar Fadhlan Isnan Makkawaru, wisudawan Fakultas Kedokteran Gigi. Baginya, menempuh jenjang studi berikutnya membutuhkan bekal pengalaman lapangan.
Berbeda dengan Shifa Zalsabila, lulusan Fakultas Peternakan. Ia mengaku telah menyiapkan jalur akademik sebelum prosesi wisuda digelar.
“Pilih lanjut pendidikan dan sudah daftar S2 sebelum wisuda. Kemarin juga sempat ikut PKKMB,” katanya. Bagi Shifa, momentum kelulusan adalah awal untuk memperdalam pengetahuan tanpa jeda.
Namun, ada juga yang mengambil jalan tengah, bekerja lebih dulu sembari menyusun rencana kembali ke bangku kuliah.
“Mau kerja dulu sebelum lanjut pendidikan,” kata Melani Lolok, wisudawan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Menurutnya, pengalaman kerja akan memperkaya perspektif ketika kelak menempuh studi lanjutan.
Keragaman pilihan itu menggambarkan dinamika transisi lulusan perguruan tinggi. Setiap wisudawan membawa pertimbangan personal yakni kesiapan finansial, peluang karir, hingga orientasi masa depan.
Meski berbeda arah, benang merahnya tetap sama, memanfaatkan ilmu yang telah ditempa selama bertahun-tahun di kampus.
Rektor Jamaluddin Jompa dalam sambutannya berpesan agar para lulusan tidak berhenti belajar, apa pun jalur yang ditempuh. “Wisuda bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru,” ucapnya.
Di Baruga A.P. Pettarani, sorak sorai keluarga yang hadir menjadi penanda berakhirnya satu babak. Namun di balik toga dan selempang, jalan panjang menanti. Ada yang bergegas menyiapkan lamaran kerja, ada yang sibuk mengurus pendaftaran pascasarjana.
Pilihan setelah wisuda memang bukan perkara sederhana. Ia mencerminkan keberanian mengambil keputusan di persimpangan hidup.
Apakah bekerja lebih dulu untuk mengasah keterampilan atau melanjutkan pendidikan demi memperdalam ilmu? Jawabannya ada pada masing-masing wisudawan.
Yang pasti, sebagaimana pesan para dosen dan pimpinan universitas, ilmu yang diperoleh tidak boleh berhenti pada diri sendiri. Ia harus bertransformasi menjadi manfaat bagi masyarakat luas. Sebab, di situlah makna sesungguhnya dari sebuah toga.
(Rahmatia Ardi / Zulkarnaen Jumar Taufiq / Unhas.TV)