UNHAS.TV - Bangun tidur dengan tubuh menggigil, buru-buru mematikan kipas, lalu menarik selimut tebal. Tapi begitu siang tiba, panasnya matahari sampai membuat kepala berdenyut. Fenomena unik ini sedang ramai dibicarakan di media sosial dengan sebutan “bediding”.
Istilah ini merujuk pada suhu udara yang terasa sangat dingin menjelang subuh hingga pagi hari, cukup untuk membuat kulit merinding. Banyak warganet mengaku baru mendengar istilah ini belakangan, meski fenomenanya sebenarnya bukan hal baru.
Kata bediding diyakini berasal dari bahasa Jawa, tepatnya adaptasi dari kata “beding” atau “beredhing” yang digunakan oleh masyarakat Jawa Timur.
Bagi generasi lama, fenomena ini sudah akrab dihubungkan dengan “musim masuk sekolah” periode pertengahan tahun ajaran baru, ketika udara pagi terasa sejuk dan murid-murid mengenakan baju seragam baru.
Fenomena ini biasanya muncul pada bulan Juli dan Agustus, bertepatan dengan musim peralihan atau transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Penjelasan Ilmiah
Secara meteorologis, bediding terjadi karena penurunan suhu udara yang drastis di malam hingga pagi hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa pada periode ini, angin monsun timur dari Benua Australia berhembus menuju Indonesia bagian selatan.
Australia yang sedang mengalami musim dingin mengirim massa udara kering dan dingin ke wilayah seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Jawa. Hembusan angin inilah yang membawa kesejukan ekstra di dini hari.
BMKG mencatat, suhu udara minimum di beberapa daerah bisa turun hingga 17–20°C, bahkan lebih rendah di dataran tinggi. Di Puncak Jaya, Papua, suhu dapat mendekati titik beku, sementara di kawasan pegunungan Jawa Timur atau Nusa Tenggara bisa menyentuh belasan derajat.
Faktor lain yang berperan adalah langit malam yang cerah. Tanpa awan yang berfungsi sebagai “selimut” penahan panas, radiasi panas bumi lepas dengan cepat ke atmosfer, membuat udara semakin dingin menjelang pagi.
Namun, saat siang tiba, radiasi matahari masuk tanpa penghalang, menyebabkan suhu melonjak dan terasa terik.
Fenomena Tahunan
Meski ramai di media sosial tahun ini, bediding sejatinya adalah fenomena tahunan. BMKG menyebut pola ini hampir selalu terjadi setiap musim kemarau. Namun, kesadaran masyarakat untuk memberi nama atau mengekspresikannya di media sosial yang membuatnya terasa seperti tren baru.
Bagi sebagian orang, fenomena ini membawa nostalgia — aroma tanah yang kering, embun di daun, udara segar yang menusuk hidung, dan kenangan berangkat sekolah sambil mengantongi tangan ke jaket.
Perubahan suhu ekstrem antara pagi dan siang berpotensi memengaruhi kesehatan, terutama bagi mereka yang rentan, seperti anak-anak, lansia, atau penderita penyakit pernapasan.
Dokter menyarankan untuk menghangatkan tubuh di pagi hari, mengenakan jaket atau selimut ekstra, serta mencukupi asupan cairan.
Bagi petani, udara dingin di pagi hari dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman tertentu, sementara panas siang yang menyengat meningkatkan risiko kekeringan di lahan pertanian.
Nelayan di pesisir selatan Jawa atau Nusa Tenggara juga harus mewaspadai perubahan arah dan kekuatan angin monsun.
Musim peralihan di Indonesia bukan hanya membawa berdiding, tetapi juga potensi cuaca ekstrem. BMKG mengingatkan adanya kemungkinan angin kencang, kekeringan, dan kebakaran hutan di beberapa daerah rawan.
Fenomena “diurnal” — perbedaan besar suhu siang dan malam — juga dapat memicu masalah kesehatan seperti heat stress di siang hari dan hipotermia ringan di malam hari, khususnya di wilayah pegunungan.
Bediding hanyalah satu dari sekian banyak “ritual alam” yang mengiringi perjalanan musim di Indonesia. Meski bisa terasa mengganggu, fenomena ini juga mengingatkan kita akan keragaman iklim tropis yang unik.
Entah disebut bediding, beding, atau nama lokal lainnya, momen ini adalah bagian dari siklus tahunan yang akan selalu kembali — membawa kesejukan dini hari sebelum teriknya siang, dan cerita-cerita baru di jagat maya.
Beberapa tips yang bisa dilakukan masyarakat:
- Gunakan pakaian berlapis saat beraktivitas di pagi hari.
- Perbanyak minum air untuk mencegah dehidrasi saat siang.
- Jaga daya tahan tubuh dengan asupan gizi seimbang.
- Lindungi kulit dari paparan sinar UV di siang hari dengan tabir surya atau pakaian tertutup.