Lingkungan

Belum Banyak Tahu, Akar Alang-Alang Dikembangkan Jadi Pupuk Hayati di Desa Pasimarannu

SINJAI, UNHAS.TV - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Hasanuddin Gelombang 114 mengadakan workshop bertema “Sosialisasi dan Demonstrasi Pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) serta Cara Pengaplikasiannya sebagai Pupuk Hayati di Desa Pasimarannu, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai” pada Minggu (27/7/2025).

Pelatihan ini memperkenalkan PGPR, pupuk hayati cair yang mengandung bakteri bermanfaat di sekitar akar tanaman. PGPR mampu meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman melalui fiksasi nitrogen, pelarutan fosfor, produksi hormon tumbuh, dan perlindungan tanaman dari patogen.

Dalam program ini, mahasiswa KKN memanfaatkan akar alang-alang, tumbuhan liar yang banyak tumbuh di Desa Pasimarannu sebagai bahan dasar pembuatan PGPR.

Menurut penanggung jawab kegiatan, Artono Adne Pai’pinan, akar alang-alang mengandung bakteri yang mendukung pertumbuhan tanaman dan dapat diolah menjadi pupuk hayati murah serta ramah lingkungan.

“Pembuatan PGPR dari akar alang-alang cukup mudah. Akar difermentasi dengan dedak, gula pasir, terasi, dan kapur sirih selama 14 hari. Setelah itu, hasil fermentasi dicampur dengan air dan bisa langsung diaplikasikan pada benih, tanaman muda, atau tanaman dewasa,” jelas Artono.

Artono menambahkan, metode ini dapat diterapkan oleh petani secara mandiri tanpa memerlukan biaya besar.

PGPR diaplikasikan dengan cara merendam benih atau menyiram dan menyemprotkan cairan ke akar serta daun tanaman muda maupun dewasa.

Lewat teknik sederhana ini, petani dapat meningkatkan kesuburan tanah sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang harganya semakin mahal.

Kegiatan workshop dilaksanakan di Posko KKNT 114 Desa Pasimarannu dan dihadiri oleh Kepala Desa, A. Syamsyul Bachri R, S.IP, serta masyarakat setempat.

Program ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa dan warga. Dosen pendamping kegiatan, Dr. Ir. Sulaeha, S.P., M.Si., juga memberikan asistensi agar program berjalan sesuai tujuan.

Program kerja ini memiliki empat sasaran utama, yaitu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang PGPR, mendorong penerapan pertanian ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, serta memberikan alternatif teknologi pertanian yang murah dan aplikatif.

Proses pelaksanaan dimulai dari pengumpulan akar alang-alang, pembuatan biang PGPR, pemasakan bahan, perakitan bio-reaktor, fermentasi, hingga uji coba sebelum disosialisasikan.

Warga Desa Pasimarannu antusias mengikuti pelatihan ini karena metode yang diajarkan dinilai mudah diterapkan di lahan pertanian mereka.

Melalui program ini, Artono berharap inovasi PGPR berbahan lokal dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi petani. “Kami ingin masyarakat mampu membuat sendiri pupuk hayati ini agar tidak lagi bergantung pada pupuk kimia yang mahal,” ujarnya.

Dengan keberhasilan pelatihan ini, penggunaan akar alang-alang sebagai pupuk hayati diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga kesehatan tanah di Desa Pasimarannu. (*)