UNHAS.TV - Di tengah derasnya arus digitalisasi dan tuntutan komunikasi yang cepat, kemampuan berbicara di depan umum atau public speaking menjadi keterampilan yang semakin vital.
Tak hanya bagi pejabat atau pemimpin, setiap individu kini dituntut mampu menyampaikan gagasan dengan jelas, percaya diri, dan meyakinkan.
Hal itu ditegaskan oleh Rijal Jamal, seorang content creator asal Makassar yang dikenal lewat konten edukatif dan motivasionalnya di berbagai platform media sosial.
Menurutnya, public speaking adalah keterampilan yang menghubungkan berbagai kemampuan lain yang dimiliki seseorang.
“Kita bisa pintar dalam hal tertentu, tapi kalau tidak bisa mengomunikasikannya dengan baik, kemampuan itu tidak akan sampai ke orang lain,” ujar Rijal Jamal kepada Unhas TV.
Dalam banyak kesempatan, Rijal menekankan bahwa public speaking bukan hanya tentang berbicara lantang atau percaya diri di depan audiens. Lebih dari itu, ia adalah the connector skill, yakni kemampuan yang menjembatani kecerdasan teknis, empati sosial, dan ekspresi diri.
Ia mencontohkan dalam proses rekrutmen kerja. “Seorang perekrut tidak punya banyak waktu untuk mengenal semua pelamar. Dalam beberapa menit pertama, kemampuan berbicara dan menampilkan diri menjadi hal yang sangat menentukan,” jelasnya.
Dalam situasi seperti itu, public speaking menjadi penentu apakah seseorang mampu meyakinkan pewawancara tentang kompetensi dan kepribadiannya.
Rijal juga menggarisbawahi bahwa public speaking bukan bakat bawaan, melainkan kemampuan yang bisa dipelajari.
“Semua orang bisa menguasainya asal berlatih dengan tekun. Yang penting bukan seberapa lancar kita bicara, tapi seberapa efektif pesan kita tersampaikan,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Bicara
Penelitian modern pun menguatkan pandangan ini. Dalam jurnal Harvard Business Review (Gallo, 2018), disebutkan bahwa komunikasi lisan yang efektif menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan profesional di era digital.
Individu yang memiliki kemampuan public speaking baik cenderung lebih mudah mendapatkan kepercayaan, membangun jaringan sosial, serta memiliki peluang karier yang lebih besar.
Selain itu, studi dari National Association of Colleges and Employers (NACE) tahun 2023 menempatkan communication skills sebagai kemampuan paling dicari perusahaan, bahkan melebihi kompetensi teknis.
Data tersebut menunjukkan bahwa di era media sosial dan kerja jarak jauh, komunikasi verbal menjadi alat utama untuk membangun personal branding dan koneksi profesional.
Rijal menilai, keterampilan ini semakin krusial di kalangan generasi muda, terutama mereka yang aktif di dunia digital.
“Kita hidup di zaman di mana siapa pun bisa bicara lewat kamera dan dilihat ribuan orang. Tapi tidak semua bisa membuat orang mau mendengarkan. Di situlah public speaking mengambil peran,” ungkapnya.
Kunci: Latihan dan Pengendalian Diri
Meski penting, banyak orang masih merasa canggung berbicara di depan umum. Menurut Rijal, rasa gugup itu wajar, bahkan dialami oleh pembicara berpengalaman sekalipun.
“Bedanya, mereka tahu cara mengendalikannya,” katanya. Ia menambahkan, kunci keberhasilan public speaking adalah tiga hal: latihan berkelanjutan, persiapan matang, dan kemampuan mengelola emosi.
Latihan yang konsisten dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memperbaiki diksi. Sementara itu, persiapan yang matang, seperti memahami audiens dan menguasai materi, membuat pembicara lebih siap menghadapi situasi tak terduga.
“Dan yang paling penting adalah self-control. Jangan biarkan rasa gugup menguasai kita, tapi gunakan energi itu untuk menyalurkan semangat pada audiens,” tambahnya.
Penelitian dalam jurnal Frontiers in Psychology (Lucas et al., 2020) mendukung hal ini, dengan menunjukkan bahwa latihan berbicara di depan umum secara rutin dapat menurunkan kecemasan sosial hingga 35 persen.
Tak hanya itu, kegiatan ini juga terbukti meningkatkan kemampuan berpikir spontan dan empati komunikasi.
Generasi Muda dan Masa Depan Komunikasi
Rijal berharap generasi muda Indonesia mulai menyadari pentingnya public speaking sebagai bekal menghadapi masa depan.
Ia percaya bahwa kemampuan ini akan menentukan bagaimana seseorang membangun pengaruh, karier, bahkan reputasi di dunia maya maupun nyata.
“Public speaking bukan hanya soal tampil percaya diri, tapi tentang bagaimana kita menyampaikan pesan yang bisa menginspirasi dan menggerakkan orang lain,” tutupnya dengan senyum.
Dalam era di mana setiap suara bisa viral dan setiap kata bisa berdampak luas, kemampuan berbicara bukan sekadar keahlian tambahan. Ia adalah modal utama untuk membangun koneksi, meyakinkan dunia, dan menyalurkan gagasan menjadi perubahan.
(Zulkarnaen Jumar Taufik / Amina Rahma Ahmad / Unhas.TV)