
Dekan Fakultas Peternakan Unhas Prof Dr Syahdar Baba SPt MSi. (dok unhas.tv)
Kandang tersebut menjadi bagian dari mata kuliah Magang Kerja Praktik Komprehensif (MKPK) yang setara dengan 20 SKS.
Mahasiswa akan mengikuti siklus produksi selama enam bulan penuh, dari penetasan hingga panen. Selama itu pula, mereka akan hidup di tengah suhu ruang yang dikendalikan mesin, ventilasi yang bekerja otomatis, dan jadwal kerja yang mengikuti standar industri.
Tak hanya mahasiswa Unhas yang bisa belajar di sini. Prof. Syahdar menyebutkan, program ini terbuka bagi mahasiswa dari kampus lain. Beberapa sudah mulai mendaftar.
“Biasanya kami batasi karena fasilitas terbatas. Tapi kini, dengan kandang ini, kapasitas belajar kita bertambah besar,” katanya.
Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa, menyebut kandang ini sebagai simbol sinergi pendidikan dan industri.
“Kami ingin membawa perguruan tinggi keluar dari menara gading,” ujarnya dalam sambutannya. “Kita harus hadir di tengah tantangan pangan dan peternakan nasional.”
Kolaborasi dengan PT Japfa menjadi bukti keseriusan kampus untuk menyentuh realitas industri. Perusahaan pakan dan peternakan nasional itu tidak hanya memberikan dana, tapi juga teknologi dan pendampingan manajemen.
“Ini kerja sama strategis,” kata Prof. Adi Maulana, Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis.
Di lokasi kandang, sebuah bangunan berbentuk persegi panjang sudah mulai terlihat rangkanya. Nanti, bangunan itu akan dipenuhi dengan deretan kipas besar, selang pakan otomatis, dan sensor suhu yang tersambung ke panel digital.
“Mahasiswa teknik bisa belajar otomatisasi di sini,” ujar Prof. Adi. “Begitu juga mahasiswa lingkungan dan pertanian. Ini lintas ilmu.”
Kandang closed house Ranch Unhas ini menjadi bagian dari rencana besar menjadikan Pattalassang sebagai zona inovasi pendidikan berbasis pertanian dan peternakan tropis.
Kawasan itu memang telah lama dikembangkan sebagai laboratorium lapangan Unhas. Di sekelilingnya, hamparan padang rumput dan petakan kebun jagung menjadi pelengkap suasana.
“Dalam waktu dekat, kita juga ingin mengembangkan riset pakan lokal,” kata Prof. Syahdar. Ia menyebut tantangan industri peternakan ke depan adalah soal efisiensi dan ketahanan pangan. Dengan fasilitas ini, dosen dan mahasiswa bisa menguji formulasi pakan langsung di lapangan.
Bagi PT Japfa, kolaborasi ini juga menjadi bagian dari misi jangka panjang perusahaan. “Kami ingin membentuk SDM yang siap pakai,” ujar salah satu perwakilan manajemen Japfa dalam acara tersebut. “Apa yang kami lakukan hari ini adalah investasi untuk masa depan.”
Di balik semua itu, ada semangat untuk memecah tembok pemisah antara teori dan praktik. “Selama ini, kampus sering hanya bicara konsep,” kata Prof. Jamaluddin. “Tapi peternakan adalah dunia nyata. Dan realitas itu harus masuk ke dalam ruang belajar.”
Dengan kandang closed house ini, ruang belajar itu bukan lagi ruang kelas, tapi kandang yang dipenuhi ayam, mesin, data, dan kerja keras. Di dalamnya, mahasiswa akan belajar menghitung ransum pakan, membaca grafik suhu, hingga mencatat mortalitas harian.
Sebagian mahasiswa sudah tak sabar ingin mencoba. "Selama ini kami hanya praktik kecil-kecilan," kata Rahmat, mahasiswa semester enam Fakultas Peternakan.
“Nanti kalau sudah selesai, saya mau ikut magang di kandang baru. Biar tahu rasanya kerja di industri sungguhan,” harapnya.
Bagi Unhas, pembangunan ini bukan hanya soal fasilitas, tapi juga paradigma baru dalam pendidikan tinggi. Sebuah upaya untuk menjembatani ruang kuliah dengan dunia nyata.
Dan mungkin, di balik deru mesin pendingin kandang itu, sedang lahir masa depan peternakan Indonesia yang lebih siap dan mandiri.
(Rahmatia Ardi / Unhas.TV)