MAKASSAR, UNHAS.TV - Satu kantong darah bisa menyelamatkan tiga nyawa. Ini bukan sekadar ungkapan dramatis, tapi fakta medis yang sering terabaikan.
Di balik setetes darah yang didonorkan, tersimpan harapan hidup untuk mereka yang berjuang di ruang-ruang perawatan.
Program donor darah, sebut Ketua Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia (PDTDI) Wilayah Sulawesi 2 dr Raehana Samad MKes SpPK Subsp BDKT (K) bukan hanya soal kemanusiaan—ini tentang ketepatan, keselamatan, dan nyawa.
"Dalam sekantong darah, bisa diurai menjadi tiga komponen penting: sel darah merah, trombosit, dan plasma. Masing-masing bisa digunakan untuk pasien berbeda dengan kebutuhan medis spesifik," ujarnya dalam program Unhas Sehat di Studio Unhas.TV, Rabu (2/7/2025).
Namun, di balik kemuliaan satu kantong darah, tersimpan tanggung jawab besar. Dokter Raehana menegaskan bahwa transfusi tidak boleh sembarangan.
“Kalau pasien butuh trombosit, ya berikan hanya trombosit. Kalau butuh sel darah merah, beri itu saja. Jangan asal transfusi. Kalau tidak sesuai indikasi, bisa berakibat fatal,” jelasnya.
Kesalahan dalam jenis komponen atau dosis transfusi bisa memicu reaksi transfusi—mulai dari demam tinggi, kerusakan organ, hingga komplikasi yang mengancam jiwa.
Karena itu, setiap darah yang masuk ke tubuh pasien harus melewati prosedur skrining ketat, termasuk pengukuran kadar hemoglobin (Hb) untuk memastikan kualitas darah dan kesiapan donor.
Di sisi lain, manajemen transfusi yang tepat bukan hanya menyelamatkan pasien, tetapi juga memastikan stok darah nasional tetap efisien dan tidak terbuang sia-sia.
“Darah itu bukan darah biasa,” tutur dr. Raehana. “Dia tidak bisa diproduksi di pabrik. Hanya bisa datang dari manusia ke manusia. Dan ketika diberikan dengan benar, dia jadi bentuk kemanusiaan paling tulus.”
(Andi Putri Najwah / Unhas.TV)