Kesehatan
Unhas Speak Up

Suplemen Daun Kelor, Inovasi Unhas untuk Cegah Anemia pada Ibu Hamil

UNHAS.TV - Data Kementerian Kesehatan 2024 mencatat bahwa 27% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Kondisi ini tak hanya mengganggu kesehatan ibu, tetapi juga membahayakan janin yang sedang berkembang dalam kandungannya.

Di tengah keprihatinan itu, hadir sebuah inovasi lokal dari Universitas Hasanuddin (Unhas) yang mencoba menjawab tantangan ini, yakni suplemen berbahan dasar daun kelor.

"Ibu hamil itu spesial. Mereka butuh lebih banyak protein, lemak, vitamin, dan mineral atau yang kita sebut gizi mikro," kata Prof dr Veni Hadju MSc PhD, Ketua Program Studi Magister Ilmu Gizi Unhas, saat menjadi narasumber di program Unhas Speak Up, Jumat (16/5/25) pagi.

"Anemia itu kekurangan hemoglobin, dan dampaknya bisa fatal, termasuk kematian," tambah guru besar ilmu gizi FKM Unhas ini.

Kata dokter Veni, kekurangan zat besi selama kehamilan bukan hanya berdampak pada ibu, tapi juga pada kualitas sumber daya manusia ke depan, yakni pada janin yang dikandungnya.

"Perkembangan otak janin sangat dipengaruhi oleh zat besi. Kalau dari awal sudah anemia, IQ anak kita akan tertinggal. Ini masalah serius untuk masa depan bangsa," tuturnya dengan nada prihatin.

Daun kelor bukan barang baru. Sangat mudah ditemui. Namun potensinya dalam dunia kesehatan, terutama untuk ibu hamil, baru belakangan ini mulai digali serius.

Hasil penelitian mengungkap, daun kelor mengandung 92 zat gizi dan 46 bahan aktif bersifat antioksidan, juga 36 anti-inflamasi.

"Tidak banyak tanaman yang sekomplet ini. Dibandingkan suplemen ibu hamil yang hanya fokus pada zat besi atau vitamin tertentu, kelor itu lengkap," jelas dr Veni.

Daun kelor juga mengandung asam amino lengkap, asam lemak esensial, serta vitamin A dan C. Namun karena kandungan airnya yang rendah, pengolahannya perlu diperhatikan, kata dr Veni. 

"Kami bekerja sama dengan petani lokal, membeli daun kelor per kilogram lalu dikeringkan. Tapi pengeringan di bawah matahari kadang membuat warnanya hitam. Jadi, kami cari teknik yang lebih baik," jelasnya.

Dirinya menjelaskan, penelitian tentang kandungan dan nutrisi kelor ini telah dilakukan tim dari Unhas sejak tahun 2012.

Meski beberapa negara sudah lebih dulu mengembangkan kelor, tim Unhas tetap berkomitmen menghasilkan produk yang tidak kalah unggul. 

Bahkan mereka berkolaborasi dengan Biofarma ITB untuk menyempurnakan produk suplemen ini.

"Awalnya hanya ekstrak kelor. Tapi kemudian kami tambahkan satu komponen rahasia untuk meningkatkan manfaatnya," ungkap Kepala Program Magister Ilmu Gizi itu.

Namun, perjalanan pengembangan produk ini tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar datang dari kepercayaan lokal.

"Waktu kami uji coba di salah satu daerah di Sulsel, warga menolak karena percaya mitos bahwa ibu hamil tidak boleh makan kelor. Kami sampai minta bantuan RT/RW untuk meyakinkan mereka," kenangnya.

Hasilnya, setelah rutin mengonsumsi daun kelor 4 kali seminggu, kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil meningkat signifikan dibandingkan kelompok yang tidak mengonsumsi kelor. Bahkan, suplemen ini tidak memerlukan tambahan suplemen lain.

Kini, tantangan berikutnya adalah memastikan produk suplemen kelor ini bisa dipasarkan lebih luas dan bersaing secara nasional. 

"Kalau bukan karena dukungan Unhas, mungkin penelitian ini tidak akan sampai sejauh ini," tutup dr Veni.

(Zulkarnaen Jumar Taufik / Unhas.TV)