MAKASSAR, UNHAS.TV - Stroke kembali penyebab kematian dari keluarga sosok ternama di Indonesia. Ini kabar duka namun secara statistik tidak mengejutkan.
Stroke adalah kondisi medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke bagian otak terganggu, menyebabkan sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi, sehingga mati dalam hitungan menit.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stroke merupakan penyebab kematian kedua terbesar di dunia dan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI mencatat stroke sebagai salah satu penyakit tidak menular dengan angka prevalensi tinggi, yakni sekitar 10,9 per 1.000 penduduk berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
JENIS STROKE
Stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis utama, berdasarkan penyebab dan mekanismenya. Stroke Iskemik adalah stroke yang terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah di otak, sehingga aliran darah terhambat. Ini adalah jenis stroke paling umum, menyumbang sekitar 87% kasus stroke secara global (American Stroke Association, 2023).
Penyebab utamanya penyumbatan biasanya disebabkan oleh bekuan darah (trombus) atau plak aterosklerosis yang menyumbat arteri. Contoh dari jenis stroke ini yakni trombosis serebral atau emboli serebral.
Stroke jenis kedua yakni Stroke Hemoragik. Ini adalah stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak, menyebabkan perdarahan ke dalam atau sekitar jaringan otak.
Jenis ini menyumbang sekitar 13% kasus stroke, tetapi lebih sering berakibat fatal (National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 2023). Penyebab utamanya yakni pecahnya pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi, aneurisma, atau malformasi arteri-vena.
Stroke jenis ketiga yakni stroke Transient Ischemic Attack (TIA). Ini adalah "stroke ringan,". TIA adalah gangguan aliran darah sementara ke otak yang tidak menyebabkan kerusakan permanen. Gejalanya mirip stroke, tetapi hilang dalam beberapa menit hingga 24 jam.
TIA sering menjadi peringatan dini risiko stroke iskemik di masa depan. Menurut American Heart Association, sekitar 15% pasien TIA mengalami stroke dalam 3 bulan jika tidak ditangani.
FAKTOR PENYEBAB
Penyebab stroke bervariasi tergantung jenisnya, tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi:
Faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi yakni hipertensi (tekanan darah tinggi adalah penyebab utama stroke, meningkatkan risiko hingga 4 kali lipat menurut catatan WHO tahun 2023):
Diabetes: gula darah tinggi merusak pembuluh darah, meningkatkan risiko stroke iskemik; Kolesterol tinggi: plak aterosklerosis akibat kolesterol tinggi dapat menyumbat arteri;
Merokok: Nikotin dan karbon monoksida dalam rokok meningkatkan risiko pembekuan darah dan kerusakan pembuluh darah. Perokok memiliki risiko stroke 2-4 kali lebih tinggi (CDC, 2023);
Obesitas dan gaya hidup sedentari: Kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik berkontribusi pada hipertensi dan diabetes; Konsumsi alkohol berlebihan: alkohol berlebihan meningkatkan tekanan darah dan risiko perdarahan otak.
Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia (risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 55 tahun.); Jenis kelamin: pria memiliki risiko sedikit lebih tinggi dibandingkan wanita, meskipun wanita cenderung memiliki prognosis lebih buruk setelah stroke;
Riwayat keluarga: genetik dapat meningkatkan kecenderungan terhadap hipertensi atau gangguan pembuluh darah; Riwayat stroke atau TIA sebelumnya: orang yang pernah mengalami TIA atau stroke memiliki risiko lebih tinggi untuk kambuh.
DATA DAN FAKTA
Menurut WHO (2023), sekitar 15 juta orang mengalami stroke setiap tahun di seluruh dunia, dengan 5 juta meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan permanen.
Di Indonesia, prevalensi stroke meningkat dari 7 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 10,9 per 1.000 penduduk pada 2018 (Riskesdas).
Stroke iskemik lebih umum terjadi di perkotaan, sementara stroke hemoragik lebih sering di daerah dengan tingkat hipertensi tinggi yang tidak terkontrol.
Sekitar 50% penyintas stroke mengalami gangguan motorik atau kognitif jangka panjang (American Stroke Association, 2023).(*)