Kesehatan
Sosial

Donor Darah, Sehat untuk Orang Lain Bermanfaat untuk Diri Sendiri

UNHAS.TV - Pernahkah Anda berpikir bahwa donor darah hanya bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan? Faktanya, kegiatan donor darah ternyata memberikan manfaat langsung bagi pendonornya, baik dari sisi kesehatan fisik maupun psikologis.

Donor darah bukan sekadar tindakan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa, tetapi juga sebuah kebiasaan sehat yang membawa segudang keuntungan bagi tubuh.

Inilah yang menjadi sorotan dalam kegiatan donor darah yang rutin digelar di Universitas Hasanuddin, di mana mahasiswa dan sivitas akademika secara aktif turut serta dalam kegiatan sosial ini.

Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia (PDTDI) Wilayah Sulawesi, dr Raehana Samad MKes SpPK Subsp BDKT(K), setiap pendonor mendapatkan berbagai pemeriksaan kesehatan secara cuma-cuma sebelum menyumbangkan darahnya.

Pemeriksaan tersebut meliputi kadar hemoglobin (HB), tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, hingga skrining untuk penyakit serius seperti hepatitis B dan C, sifilis, serta HIV.

“Biasanya orang berpikir kalau kita mendonorkan darah itu manfaatnya hanya untuk pasien saja, tapi manfaatnya untuk pendonor sangat banyak sekali. Apalagi kalau dilakukan secara rutin,” jelas Dr. Raehana.

Tak hanya itu, donor darah secara rutin juga terbukti secara medis mampu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), mengurangi risiko stroke, dan menurunkan kemungkinan terkena penyakit jantung.

Bahkan, dari sisi metabolisme tubuh, donor darah bisa membantu proses diet karena dalam satu kali donor, tubuh membakar sekitar 650 kilokalori—jumlah yang cukup signifikan untuk membantu menjaga berat badan ideal.

Dokter Raehana menyebutkan, bahwa manfaat donor darah tidak berhenti pada aspek fisik. “Dengan berdonor darah secara teratur, seseorang akan memiliki rasa puas secara emosional karena merasa telah membantu sesama,” ujarnya.

“Hal ini berdampak pada kesehatan psikologis, karena kita menjadi lebih positif dan peduli terhadap orang lain,” lanjutnya.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Blood Medicine oleh Tufts University mengungkapkan bahwa donor darah rutin dapat menurunkan kadar zat besi berlebih dalam tubuh yang bisa memicu stres oksidatif dan merusak pembuluh darah. Dengan menjaga keseimbangan zat besi, sistem kardiovaskular pendonor tetap sehat (Zimring, 2013).

Dari sisi frekuensi, donor darah juga diatur secara medis. Laki-laki diperbolehkan mendonor enam kali dalam setahun—atau setiap dua bulan sekali.

Sementara itu, perempuan dibatasi hanya empat kali dalam setahun mengingat mereka mengalami menstruasi bulanan yang mempengaruhi kadar hemoglobin.

Menurut data dari Palang Merah Indonesia (PMI), kebutuhan darah nasional setiap tahunnya mencapai lebih dari 5 juta kantong darah, sementara pasokan yang tersedia baru sekitar 80 persen dari total kebutuhan tersebut.

Kontribusi aktif dari masyarakat, termasuk mahasiswa seperti di Unhas, menjadi sangat vital dalam menutup kekurangan tersebut.

“Ini bukan hanya soal menyumbang darah,” kata Dokter Raehana menutup wawancaranya, “tapi ini juga tentang menjaga tubuh tetap sehat, dan hati yang senantiasa bahagia karena bisa menolong orang lain.”

(Muh Syaiful / Unhas.TV)