UNHAS.TV - Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, begadang kerap dianggap hal sepele. Ada yang rela menahan kantuk demi menonton serial kesayangan, menuntaskan gim daring, atau sekadar berbincang ringan dengan teman hingga dini hari.
Aktivitas itu sering kali dinormalisasi, bahkan menjadi tren gaya hidup. Padahal, di balik kebiasaan sederhana itu, tersimpan ancaman serius bagi kesehatan, khususnya fungsi otak dan saraf.
Fenomena begadang tanpa alasan jelas mulai menjadi perhatian dunia kesehatan. Tubuh manusia sejatinya dirancang memiliki ritme sirkadian, yakni jam biologis yang mengatur siklus tidur dan bangun.
Ritme ini bekerja selaras dengan cahaya matahari: saat malam tiba, tubuh melepaskan hormon melatonin untuk memberi sinyal bahwa saatnya beristirahat. Ketika siklus ini terganggu, organ vital tidak mendapatkan waktu pemulihan optimal.
“Komunikasi antar sel saraf, metabolisme tubuh, hingga proses regenerasi otak, semuanya terjadi secara maksimal ketika tidur malam yang cukup,” kata dr. Muhammad Iqbal Basri, M.Kes., Sp.S(K), dokter spesialis saraf dari Universitas Hasanuddin, saat ditemui usai seminar kesehatan di Makassar.
Menurutnya, dampak begadang tidak berhenti pada kantuk di siang hari. Kurang tidur kronis dapat mengacaukan irama jantung, meningkatkan tekanan darah, serta memicu resistensi insulin yang berujung pada diabetes.
“Bahkan elastisitas pembuluh darah otak bisa menurun, sehingga risiko stroke meningkat. Sistem imun pun ikut merosot, membuat tubuh lebih mudah terserang penyakit,” ujarnya.
Lebih mengkhawatirkan, begadang berkepanjangan dikaitkan dengan penyakit saraf degeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson.
Penyakit ini berhubungan dengan akumulasi protein abnormal di otak yang seharusnya tersapu bersih saat tidur nyenyak. Tanpa istirahat memadai, pembersihan protein terganggu, sehingga perlahan menggerogoti fungsi otak.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Nature Reviews Neuroscience (Xie et al., 2013) menunjukkan bahwa sistem glymphatic otak yakni mekanisme pembuangan limbah saraf, bekerja paling aktif saat tidur.
Gangguan tidur dapat menghambat proses ini, memicu penumpukan beta-amyloid, protein yang erat kaitannya dengan Alzheimer.
Temuan serupa juga diungkap Journal of Neuroscience (Shokri-Kojori et al., 2018), bahwa satu malam tanpa tidur saja sudah cukup untuk meningkatkan kadar protein beta-amyloid di otak manusia.
“Kalau kebiasaan begadang ini dibiarkan, kita seperti menabung risiko penyakit serius,” tegas dokter Iqbal.
Miskonsepsi tentang Tidur
>> Baca Selanjutnya