UNHAS.TV - Banyak orang menganggap ketombe sebagai tanda kepala kotor atau malas keramas. Namun, pandangan tersebut tidak sepenuhnya tepat.
Menurut para ahli, ketombe bisa muncul bahkan pada orang yang rajin menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala. Penyebabnya jauh lebih kompleks, melibatkan faktor biologis, lingkungan, dan gaya hidup.
Dalam dunia medis, ketombe dikenal sebagai bentuk ringan dermatitis seboroik. Kondisi ini terjadi ketika pergantian sel kulit kepala berlangsung lebih cepat dari normal, sehingga sisik-sisik halus menumpuk di rambut dan jatuh ke pundak. Proses ini kerap disertai rasa gatal, iritasi, bahkan kemerahan pada kulit kepala.
Faktor utama pemicu ketombe adalah ketidakseimbangan produksi minyak alami kulit kepala. Ketika kelenjar sebasea bekerja terlalu aktif, minyak yang berlebih bercampur dengan sel kulit mati dan kotoran.
Campuran ini menjadi lingkungan ideal bagi jamur Malassezia, mikroorganisme yang sebenarnya hidup normal di kulit kepala, namun bisa berkembang berlebihan dalam kondisi tertentu.
“Di daerah tropis seperti Indonesia, kita lebih sering berkeringat. Jika aktivitas kelenjar minyak berlebih dan bercampur dengan debris kulit, apalagi tertutup rambut, kotoran akan lebih mudah menumpuk," kata Prof Dr dr Anis Irawan Anwar SpDVE, SubspOBK FINSDV, FAADV
"Minyak ini bisa menjadi media yang memudahkan jamur berkembang dan menimbulkan masalah ketombe,” jelas dokter spesialis kulit sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tersebut.
Ia menambahkan, kulit manusia terus mengelupas sepanjang hidup, namun pada bagian tubuh tanpa rambut, serpihan kulit mudah hilang di udara. Berbeda dengan kulit kepala yang tertutup rambut, serpihan ini terjebak, menempel bersama minyak, dan menjadi lebih terlihat.
Ketombe memang tidak mengancam nyawa, tetapi bisa mengganggu kenyamanan. Gatal yang tak tertahankan membuat penderita sering menggaruk kepala.
Kebiasaan ini berisiko memicu luka, infeksi sekunder, dan dalam beberapa kasus menyebabkan kerontokan rambut. Pada tingkat lebih parah, dermatitis seboroik dapat menyebar ke area lain seperti alis, telinga, atau sisi hidung.
Selain faktor biologis, gaya hidup juga berperan besar. Stres kronis, kurang tidur, dan pola makan yang buruk, terutama kekurangan zinc, vitamin B, atau asam lemak esensial, dapat mengganggu keseimbangan hormon serta sistem kekebalan kulit kepala. Akibatnya, ketombe lebih mudah muncul.
Pencegahan dan Penanganan
>> Baca Selanjutnya