Terkini

Danny Pomanto: Wujudkan Cita-Cita Makassar Kota Nyaman

Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto.(Foto: Unhas TV)

UNHAS.TV - Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto adalah sosok dengan sisi yang amat beragam. Ia bisa disebut sebagai arsitek yang terjun sebagai politisi. Bisa pula sebagai akademisi dan teknokrat.

Keragaman sisi hidup, kata pria yang lahir 30 Januari 1964, itu datang dari pengalaman hidupnya yang panjang. Setamat dari SMA Negeri 1 Makassar, anak pegawai Pertanian ini memberanikan diri mendaftar di arsitektur Univeritas Hasanuddin.

Saat itu ia baru berusia 17 tahun, terbilang mahasiswa paling muda di angkatanya. Ia sengaja memilih arsitektur karena ketertarikannya dengan hal-hal baru.

"Opspek di Teknik Unhas itu sangat berat dan keras. Satu bulan lamanya. Dua pekan di pusat dan dua pekan di Fakultas Teknik Unhas," katanya.

"Tempaan senior di Opspek itu sangat luar biasa. Tapi istimewanya, kami jadi lebih hormat dengan senior," ujarnya.

Selama kuliah, Ramdhan Pomanto atau Danny Pomanto, aktif di dunia olahraga, khususnya softball. Ia dan rekan-rekannya juga sempat membuat unit kegiatan mahasiswa bernama Eksosas (Ekonomi Sosial Sastra).

Bersama rekan-rekannya, mereka pernah mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) yang difasilitasi Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi) Unhas. Danny juga aktif di Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA).

Salah satu pengalaman yang tidak terlupakan selama menjadi mahasiswa yakni menjadi saksi peletakan batu pertama kampus Unhas oleh Presiden Soeharto. Angkatannya juga menjadi angkatan pertama yang menghuni kampus Unhas di Tamalanrea. Tamalanrea saat itu masih merupakan kawasan hutan.

Setelah sarjana, ia mendaftar sebagai dosen. Saingannya banyak. Seingat Danny, pelamar dosen mencapai 400 orang. Beruntung, ia diterima dan menjadi dosen termuda saat itu.

Danny mengaku gaji pertamanya sebagai dosen sebesar Rp 85 ribu. Selama menjadi dosen, ia juga bekerja sebagai arsitek. Setelah 21 tahun sebagai akademisi, Danny memutuskan pindah haluan menjadi arsitek penuh waktu sembari menjajaki dunia politik.

"Alhamdulillah Allah sudah memberikan saya hidup di empat alam. Pertama, alam lorong, kedua, alam akademisi, ketiga alam profesional dan keempat alam politik.

Alam anak lorong membuatnya dapat memahami interaksi sosial di lingkungan yang sempit. Alam akademisi membuatnya belajar memutuskan sesuatu berdasarkan data faktual.

Alam profesional mengajarkannya selalu membuat sesuatu lebih baik dari sebelumnya dan mengedepankan kualitas waktu, pekerjaan, dan biaya.

Terakhir, alam politik yang masih dijalani hingga sekarang.
"Alam politik ini kedudukannya di atas alam jin. Kadang-kadang kelihatan bersuara, kadang juga tidak kelihatan. Alhamdulillah saya bersyukur bisa belajar di empat alam itu," jelas pria yang punya prinsip hidup disayang banyak orang dan mati masuk surga.

Danny mengiahkan ketika menjadi perencana dan penasihat yang aktif mendampingi Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. Hal inilah yang kemudian menjadi motivasi baginya untuk lebih bisa mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya untuk memimpin Sulawesi Selatan lebih baik ke depan.

Menurutnya kekurangan yang dimiliki alam akademisi ialah egosentris yang tinggi dalam menyatakan kebenaran itu hanya bersifat pribadi.

Sedangkan dalam dunia politik kebenaran dapat ditemukan darimana saja. Hal inilah yang kemudian ia kombinasikan berdasarkan kekurangan dan kelebihan dari masing-masing alam yang ia pelajari untuk diterapkan pada masa jabatannya saat ini.

Sebagai walikota selama dua periode, Danny lebih mengembangkan kawasan wisata dan kuliner Makassar. dalam hal ini, kekompakan masyarakat Makassar membangun Public Engagement sudah sangat baik dan banyak dicontoh oleh banyak orang.

Stigma-stigma masyarakat dengan kota Makassar yang terkenal keras, kasar dapat disiasati dengan hal-hal unggul yang dimiliki Makassar itu sendiri
.

"Biasanya orang ke Makassar itu seram-seram semua citranya, tapi sekarang Makassar menjadi kota makan enak, kota festival, kota yang enak dikunjungi. Salah satu kota yang punya indeks kebahagiaan terbaik di Indonesia, 89,2 persen.

Hal inilah yang dirasakan Danny ketika Makassar telah berubah yang sebelumnya dikenal sebagai kota demonstrasi, kekerasan menjadi kota festival dan kota makan enak. Dari kota yang sebelumnya tidak masuk sebagai destinasi favorit karena terkenal dengan stigmanya kota yang keras menjadi kota yang sangat nyaman untuk dikunjungi.

Dalam hal ini, Makassar sangat memiliki keutamaan dalam bidang kulinernya yang terkenal dengan rasa yang khas.
"Coba kalau ke Makassar, tidak ada waktu yang tidak tersedia makanan. 24 jam," Danny menegaskan.(uswa)