UNHAS.TV - Di tengah geliat urbanisasi dan padatnya lalu lintas Makassar, seekor kuda cokelat berdiri gagah di atas arena turnamen berkuda Fakultas Peternakan Unhas 2025.
Suaranya meringkik ringan, sementara seorang anak remaja dengan helm pelindung dan sepatu boots perlahan menghampiri sambil membawa sejumput wortel di tangan. Inilah potret baru dari tren olahraga yang kian digemari di Sulawesi Selatan—equestrian.
Dulu, kuda identik dengan kendaraan tradisional. Di medan perang, kuda adalah senjata strategis. Di pedesaan, ia jadi tumpuan logistik dan transportasi.
Kini, dalam lanskap kehidupan modern, hewan yang dikenal setia ini menjelma sebagai ikon elegansi, keanggunan, dan kekuatan fisik serta mental.
"Yang paling penting adalah jangan terburu-buru. Kenali dulu kudanya. Sentuh perlahan bagian leher atau bahunya, karena itu bagian yang paling nyaman untuk mereka," ujar Marwan, Ketua Komisi Equestrian Sulsel, saat ditemui tim Unhas TV di event Kejuaraan Berkuda Fapet Unhas akhir April 2025.
Menurut Marwan, di era kekinian, kuda bukan hanya tunggangan, melainkan partner sejati yang harus dipahami secara emosional.
Dalam hubungan kehidupan antara manusia dan kuda, bonding menjadi kunci utama. Marwan menekankan bahwa kuda mampu merasakan emosi manusia. “Jadi sebisa mungkin tetap tenang dan percaya diri,” katanya.
Selain menyentuh, memberi makan langsung dari tangan adalah cara ampuh membangun kepercayaan. Jika hubungan emosional sudah terjalin, pelatihan fisik pun bisa dimulai: dari posisi duduk yang benar hingga cara memberi perintah.
Di arena, anak-anak hingga orang dewasa terlihat berlatih dengan serius. Suara derap kaki kuda, instruksi pelatih, dan senyum puas dari peserta menjadi irama khas yang terdengar hampir setiap sore.
Equestrian memang bukan olahraga sembarangan. Dibutuhkan disiplin tinggi, konsentrasi, serta kekuatan tubuh bagian inti untuk menjaga keseimbangan dan kontrol.
Olahraga Plus Terapi
>> Baca Selanjutnya