
Boarding School Al Fayyadh Juara di Kejuaraan Berkuda Fapet Unhas 2025
Menariknya, berkuda juga dikenal memiliki manfaat terapeutik. Dalam terapi equine, interaksi antara manusia dan kuda digunakan untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus, seperti autisme atau gangguan sensorik. Gerakan alami kuda dipercaya dapat merangsang otot dan sistem saraf anak.
Bagi masyarakat umum, berkuda bisa menjadi pelarian dari stres. Berada di tengah arena terbuka, mengatur napas seirama dengan kuda, dan menyatu dengan gerakan hewan yang begitu responsif menciptakan pengalaman meditasi yang unik.
Permintaan yang tinggi membuat beberapa arena equestrian mulai bermunculan di Makassar dan sekitarnya. Salah satunya adalah Makassar Equestrian Club, yang kini rutin menggelar kelas pemula, kompetisi lokal, hingga pelatihan untuk atlet nasional.
"Pesertanya sekarang dari berbagai latar belakang. Ada anak pejabat, pengusaha, bahkan pelajar biasa yang memang punya minat besar," kata Rina, salah satu pelatih senior.
Ia menyebutkan bahwa berkuda kini tak lagi eksklusif untuk kalangan elit, sebab banyak klub mulai membuka program dengan harga yang lebih terjangkau.
Meski banyak yang memulai karena tren atau gaya hidup, tak sedikit yang akhirnya jatuh cinta pada olahraga ini. Ardi, mahasiswa semester akhir di Makassar, mengaku mulai berkuda hanya untuk konten media sosial.
Tapi setelah beberapa bulan latihan, ia justru merasa berkuda membantunya mengelola emosi dan stres kuliah. “Rasanya beda, kita seperti berdialog dengan hewan, tanpa kata-kata,” ujarnya.
Olahraga berkuda juga menjadi jalan untuk melestarikan budaya berkuda di Indonesia. Di banyak daerah seperti Sumbawa, Sumba, hingga Sulawesi Selatan, kuda punya tempat khusus dalam upacara dan tradisi. Lewat equestrian modern, warisan ini mendapat ruang baru untuk hidup dan berkembang.
Namun di balik popularitasnya, tantangan tetap ada. Perawatan kuda yang tidak murah, keterbatasan lahan di kota besar, hingga minimnya pelatih bersertifikat masih menjadi kendala utama.
Marwan berharap pemerintah daerah bisa mulai melirik olahraga ini sebagai potensi unggulan, bukan hanya dari sisi prestasi, tetapi juga pariwisata.
Beberapa anak muda Makassar kini bahkan mulai bermimpi menjadi atlet equestrian profesional. Dukungan keluarga, pelatih berpengalaman, dan fasilitas yang makin membaik menjadi penyemangat. “Siapa tahu, dari kandang sederhana di Makassar, lahir juara Asia,” ujar Marwan optimistis.
Tak perlu jauh ke pedesaan, kini berkuda bisa dinikmati di tengah kota. Arena latihan dibuat ramah keluarga, lengkap dengan kafe dan taman bermain. Orang tua bisa menikmati kopi sambil menonton anak-anak mereka berlatih di atas pelana.
Di zaman serbadigital dan cepat, berkuda memberi kesempatan untuk memperlambat langkah. Untuk merasakan kembali napas alam dan koneksi dengan makhluk hidup lain. Kuda, dengan segala kekuatan dan kelembutannya, menjadi pengingat bahwa olahraga sejati bukan hanya soal otot, tapi juga tentang hati.
Dan seperti kata pepatah Arab: "Keberkahan ada di ubun-ubun kuda." Maka tak heran, berkuda kini bukan hanya olahraga, tapi filosofi hidup yang sedang berkembang di tengah masyarakat urban.
(Rahmatia Ardi / A. Muhammad Syafrizal / Unhas.TV)