Nasional
News
Program
Unhas Figure

Dari Poigar ke Pusat Kekuasaan, Ilham Alumnus Unhas yang kini jadi Staff Menteri P2MI

Ilham Akbar Mustafa, alumnus Fakultas Teknik Unhas, yang kini menjadi Staf Khusus Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). (dok unhas.tv)

UNHAS.TV - Tidak ada jarak yang terlalu jauh bagi mereka yang berani bermimpi. Kalimat itu menjadi gambaran perjalanan panjang Ilham Akbar Mustafa, alumnus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, yang kini mengemban amanah sebagai Staf Khusus Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI).

Ilham tumbuh di Poigar, sebuah kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, dalam keluarga sederhana.

Kedua orang tuanya berprofesi sebagai guru, pekerjaan yang mulia namun penuh keterbatasan secara ekonomi. Ia menceritakan bagaimana orang tuanya sampai harus menggadaikan SK PNS ke bank untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

“Dari kecil saya sadar, kalau bukan kita sendiri yang mengubah hidup, tidak ada orang lain yang akan datang menyelamatkan. Karena dalam Al-Qur’an Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubahnya sendiri,” ujarnya saat menceritakan dirinya pada program Unhas Figure.

Tekad itu mengantarnya hingga lulus melalui jalur undangan dan resmi menjadi mahasiswa Teknik Sipil Unhas, sebuah pencapaian prestisius bagi anak muda dari wilayah Indonesia Timur pada masa itu.

Meski berkuliah di jurusan teknik, Ilham justru menemukan ruang pengembangan diri terbesar melalui organisasi. Ia aktif di HMI, Senat Mahasiswa Fakultas Teknik, hingga pusat-pusat studi mahasiswa lintas fakultas.

Menurutnya, organisasi memberikan soft skill yang tak didapatkan di ruang kelas. “IPK penting, tapi tidak cukup. Kemampuan mengelola orang, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, dan membangun jejaring itu bekal utama di dunia kerja,” katanya.

Meski sempat kewalahan membagi waktu hingga kuliahnya molor, Ilham menyebut proses itu sebagai perjalanan pembentukan karakter dan kepemimpinan.

“Saya pernah merenung. Orang tua kirim saya ke Makassar untuk kuliah, bukan jadi aktivis. Di titik itulah saya kembali fokus menyelesaikan studi,” tuturnya.

Kini, Ilham dipercaya sebagai Staf Khusus Menteri P2MI, sebuah posisi strategis yang berperan membantu menteri dalam menjalankan mandat Presiden terkait perlindungan pekerja migran.

Ketika ditanya soal amanah sebagai staf khusus menteri, Ilham menegaskan bahwa jabatan itu bukan pencapaian personal.

“Ini bukan achievement. Ini penugasan. Sebuah ruang pengabdian untuk rakyat, bangsa, dan negara,” tegasnya.

Menurut Ilham, Indonesia sedang memasuki masa genting bonus demografi. Jumlah penduduk usia produktif sangat besar, namun tidak diimbangi ketersediaan lapangan kerja dalam negeri.

“Kalau tidak dikelola, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana demografi. Pengangguran meningkat, efek sosialnya besar,” katanya.

Di saat bersamaan, negara-negara maju justru mengalami aging population, kekurangan tenaga kerja produktif. Ini membuka peluang besar bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Inilah alasan utama transformasi BP2MI menjadi Kementerian P2MI melalui Perpres 2024. Presiden menargetkan pada 2026 Indonesia dapat mengirim 500.000 pekerja migran berkompetensi medium hingga high skill, bukan lagi sekadar pekerja domestik.

“Kita ingin mengubah paradigma. Pekerja migran Indonesia harus berdaya saing, memiliki skill, dan mendapat pekerjaan yang layak dengan penghasilan tinggi,” jelas Ilham dengan penuh yakin.

Ilham juga menyinggung Filipina sebagai contoh sukses negara yang mampu memanfaatkan peluang luar negeri untuk mengatasi minimnya lapangan kerja dalam negeri.

Remitansi pekerja Filipina mencapai 600-700 triliun per tahun dan menjadi penopang ekonomi nasional mereka.

“Indonesia harus menangkap peluang global ini. Potensinya besar, dan ini bisa menjadi solusi cepat sambil menunggu pertumbuhan lapangan kerja dalam negeri,” ungkapnya.

Perjalanan Ilham hingga ke panggung pemerintahan bukanlah sesuatu yang mudah. Langkah yang ia ambil 10 tahun lalu ketika memutuskan merantau ke Makassar.

Langkah yang ia ambil ketika memilih menjadi aktivis. Langkah yang ia ambil ketika akhirnya mengabdi di lingkar strategis pemerintahan.

Kepulangannya ke Unhas selalu penuh nostalgia. Kampus inilah yang menempanya, membuka jendela dunia, dan memperjalankannya hingga ke posisi saat ini.

Ilham berpesan kepada mahasiswa dan alumni Unhas agar tidak membatasi mimpi hanya karena berasal dari kampung atau dari keluarga sederhana.

“Mimpi besar bisa lahir dari tempat sederhana. Kuncinya kerja keras, organisasi diri, dan keberanian melangkah,” tutupnya.

(Zulkarnaen Jumar Taufik / Unhas TV)