Watch Unhas TV Live
Watch Unhas TV Live
News

Dialog Ramadhan Disabilitas, Difabel Tuli Boleh Jadi Imam Salat Jamaah!

Uswatun Hasanah05 Apr, 2024

UNHAS.TV – Seorang difabel penyandang keterbatasan pendengaran atau tuli, ternyata menurut fikis agama Islam, diperbolehkan menjadi imam dalam salat fardhu secara berjamaah.

Hal tersebut terlontar dalam Dialog Ramadhan bertema Disabilitas dalam Pandangan Islam yang digelar di Unhas Hotel and Convention, Sabtu 23 Maret 2023.

Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber yakni Kepala Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Ishak Salim SIP MA bersama Ustadz Jafar Nurdin yang membahas difabel dalam kajian Agama Islam.

“Dalam fikih disabilitas yang disepakati oleh ulama Sunni di Indonesia, disebutkan bahwa difabel tuli boleh menjadi imam dalam salat,” jelas Ustadz Jafar Nurdin.

“Ketika dalam tempat tersebut ada yang lebih mengetahui maka merekalah yang ditunjuk menjadi imam salat. Sekalipun itu penyandang disabilitas,” sambung Ustadz Jafar.

Komentar Ustadz Jafar tersebut menjawab pertanyaan salah satu peserta, Ilham yang menanyakan apakah disabilitas tuli bisa menjadi imam dalam solat dengan keterbatasannya dalam mendengar.

Lebih jauh, Ustadz Jafar menekankan pentingnya sosialisasi terkait isu disabilitas dan penyediaan fasilitas di lingkup ruang publik. “

Ustadz Jafar yang merupakan penyandang disabilitas fisik dan seorang guru mengaji, lebih jauh membagikan pengalaman bahwa fasilitas ibadah yang aksesibel bagi disabilitas masih sangat kurang.

Dia bahkan sengaja melakukan perjalanan dari satu masjid ke masjid lain untuk menginspirasi bahwa ibadah di masjid seharusnya dapat diakses oleh semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan.

Ustadz Jafar mengungkapkan bahwa dari sejumlah tempat ibadah yang didatangi baik di Sulawesi Selatan maupun di luar Sulawesi sangat jarang yang ramah difabel.

Baik itu, difabel seperti pengguna kursi roda yang dibatasi untuk mengakses wilayah ibadah dengan menggunakan kursi roda namun juga tidak diakomodasi dan difasilitasi untuk menjangkau tempat ibadah.

Ketua Panitia yang merupakan mahasiswa difabel tunanetra dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas, Nabila May Sweetha, mengucapkan terima kasih atas dukungan penuh dari Unhas dalam menggelar kegiatan yang mengedepankan informasi seputar disabilitas.

Ketua Pusat Studi Disabilitas Unhas Ishak Salim menambahkan terkait fakta-fakta minimnya tempat ibadah yang bisa diakses penyandang disabilitas tersebut harus diadvokasi agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi.

Acara Dialog Ramadhan ini dihadiri oleh relawan difabel, mahasiswa difabel Unhas serta pemerhati disabilitas yang mengangkat isu penting seputar inklusi dan aksesibilitas bagi difabel dalam ibadah.

Seorang pendiri dari Sahabat Sindroma Down Istimewa atau SSDI, Fitri juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak difabel.

Di sisi lain, lanjut Fitri, semua pengurus masjid harus dikenalkan dengan isu disabilitas untuk mengembangkan masjid menjadi lebih inklusif bagi penyandang disabilitas.

Demi perjuangan akan rumah ibadah yang inklusif, pengurus Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia 2024 dan relawan akan berkoordinasi dengan MUI, asosiasi masjid, dan komunitas keagamaan lainnya untuk membahas isu-isu disabilitas dan mengadvokasi aspirasi para penyandang disabilitas. (*)

Tia Rahmatia