Kesehatan

Dokter Andi Alfian Zainuddin: Kalau Pintar Atur Waktu, Organisasi Oke, Akademik Oke

MAKASSAR, UNHAS.TV - Sejak kecil Dr dr Andi Alfian Zainuddin MKM sudah punya cita-cita menjadi dokter. Cita-cita yang kemudian membawa dirinya sebagai pembelajar kehidupan. Dan, bukan cuma itu, dari dunia kedokteran pula ia menemukan pendamping hidupnya yang juga menekuni dunia serupa.

Dari belasan tahun menjadi dokter, Dr dr H Andi Alfian Zainuddin MKM bisa memahami bagaimana seharusnya dokter bertindak saat bertemu pasien. Pasien memang mendapatkan manfaat dari dokter, namun pada saat yang sama, sesungguhnya dokter juga mendapatkan manfaat dari pasien

"Saya teringat nasihat Prof dr Akil. Beliau bilang justru dari pasiennlah seorang dokter bisa belajar mengasah kemampuannya. Atas prinsip itu, saya selalu menghormati pasien," ujarnya di Unhas TV.

Awal perjalanan menuju duni kedokteran dimulai ketika lulus dari SMA Negeri 1 Makassar tahun 2000 dan diterima di Fakultas Kedokteran Unhas. 

Dari Kampus Tamalanrea inilah, keinginannya untuk terus aktif di berbagai kegiatan membawanya ke berbagai organisasi. Tepat di tahun kedua perkuliahan, pria kelahiran Samarinda, 27 Juli 1983, sudah jadi tutor di lembaga bimbingan belajar ternama di Makassar.

Ia bergabung ke HMI. Ia juga turut mengelola media Sinovia. Bahkan sempat terpilih menjadi ketua angkatan di Fakultas Kedokteran Unhas. 

Selain itu, ia juga diamanahi sebagai Koordinator Forum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas ketika organisasi itu sempat vakum.

Di sela-sela mengurus organisasi, ia masih disibukkan sebagai asisten luar biasa Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas hingga lulus pendidikan dokter di kampus itu pada 2006.

Menjadi mahasiswa kedokteran sekaligus aktivis di usia muda merupakan tantangan besar bagi Andi Alfian. Ia hanya tidur sekitar 4 jam per hari selama masa kuliah. 

Hanya kegigihanlah yang yang berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu singkat: 3 tahun 10 bulan. "Justru saat jadi Ketua BEM, IPK saya tiga koma," ujarnya.

Andi Alfian menceritakan pengalamannya saat ujian. Ia bersama teman-temannya sering berkumpul di sekretariat BEM Unhas untuk mendiskusikan soal-soal yang diperkirakan akan muncul di ujian. 

"Uniknya, soal-soal yang kami bahas di sana itu justru yang sering muncul di ujian," jelasnya.

Hanya setahun setelah meraih gelar dokter, Alfian meneruskan pendidikan tingkat magister dan doktoralnya di bidang kesehatan masyarakat, khususnya yang berfokus pada epidemiologi spasial.

Ini adalah disiplin ilmu yang mempelajari distribusi geografis penyakit, hasil kesehatan, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sembari kuliah, Andi Alfian aktif sebagai dokter praktik di satu klink di Jakarta Barat dan satu klinik lainnya di Pondok Gede, Bekasi. 

Pada rentang waktu bersamaan, ia juga menjadi tim pengajar program studi sarjana kesehatan masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Lalu nasib baik kembali hinggap kepadanya. Tahun 2011, ia terangkat secara resmi sebagai staf dosen Fakultas Kedokteran Unhas, kampus tempat ia dulu belajar dunia kedokteran. Dan, kini sebagai Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset, Inovasi, dan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas).

Satu hal yang membuat ayah empat anak ini terus bergerak di tengah rutinitasnya sebagai dokter dan dosen di Unhas adalah prinsip yang diilhami dari buku "Mengelola Hidup & Merencanakan Masa Depan" karya Dr Marwah Daud Ibrahim, salah satu tokoh ICMI di zamannya.

Hingga kini penulis dua modul dan tiga buku kedokteran ini masih tercatat sebagai anggota Panel Ahli Kolegium Dokter Indonesia, Wakil Sekretaris Pengurus Tanfidziah Nahdlatul Ulama Wilayah Sulsel, Ketua Umum Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Wilayah Sulawesi Selatan, dan Wakil Ketua Lembaga Kesehatan Majelis Ulama Indonesia. (*)

Zahra Zhabitha Sucheng (Unhas TV)