News
Program
Unhas Speak Up

Dosen Unhas Ungkap Bahaya dan Penanganan Kontaminasi Sesium-137 di Kawasan Industri Cikande

Kepala Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Universitas Hasanuddin, Dr Djabal Nur Basir. (dok unhas tv)

UNHAS.TV - Pemerintah bergerak cepat melakukan penanganan setelah ditemukannya kontaminasi radioaktif Sesium-137 (Cs-137) di kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten. 

Temuan ini mencuat setelah adanya penolakan produk ekspor Indonesia oleh otoritas Amerika Serikat yang mendeteksi keberadaan Cs-137 pada komoditas udang beku.

Pemeriksaan lanjutan kemudian mengarah pada salah satu titik di kawasan industri yang diduga menjadi sumber paparan.

Kepala Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Universitas Hasanuddin, Dr Djabal Nur Basir, menjelaskan bahwa Cs-137 merupakan isotop radioaktif hasil fisi nuklir yang tidak terdapat secara alami di lingkungan. 

“Cs-137 itu punya waktu paruh sekitar 30 tahun. Artinya, kalau masuk ke tanah atau air, dia bisa ada di situ puluhan tahun,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa zat ini sangat mudah larut sehingga dapat terbawa aliran permukaan dan menyebar ke area lain, termasuk ke tanaman atau organisme air.

Dampak paparan Cs-137 terhadap kesehatan juga tidak bisa dianggap ringan. Menurut Dr Djabal, paparan ini dapat menyebabkan gangguan pada sel darah, kerusakan organ, hingga meningkatkan risiko kanker. 

“Karena dia memancarkan sinar gamma, paparan dosis tinggi dapat menyebabkan efek akut, mulai dari mual, muntah, bahkan bisa berdampak fatal jika mencapai 4 sampai 5 sievert,” jelasnya.

Pemerintah bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) telah melakukan pemetaan dan pengukuran radiasi menggunakan perangkat pendeteksi seperti Geiger-Muller dan spektrometri sinar gamma. 

Identifikasi isotop dilakukan berdasarkan karakter energi sinar gamma, di mana Cs-137 memiliki sinyal khas pada 661,7 keV. “Dari sinyal itu kita bisa pastikan bahwa yang terdeteksi memang Sesium-137, bukan isotop lain,” kata Djabal.

Upaya dekontaminasi dilakukan dengan mengangkat lapisan tanah yang terpapar pada kedalaman 0 hingga 10 sentimeter, membersihkan material terkena paparan, hingga memindahkan material tersebut ke drum khusus untuk kemudian diamankan di fasilitas penyimpanan yang memenuhi standar keselamatan radiasi. 

“Tanah yang sudah terkontaminasi tidak bisa dibiarkan. Kita angkat, kita kemas berlapis beton dan timbal, lalu disimpan sesuai ketentuan limbah radioaktif,” ujarnya.

Selain pembersihan area, pemerintah juga memberikan penanganan medis kepada warga yang mengalami gejala paparan serta melakukan relokasi sementara terhadap warga yang tinggal di sekitar titik temuan.

Pemantauan radiasi terus dilakukan untuk memastikan tidak ada area baru yang terdampak dan untuk menjamin keamanan lingkungan setempat.

Hingga saat ini, proses investigasi dan pemulihan masih berlanjut. Pemerintah memastikan seluruh aktivitas industri di sekitar kawasan pengujian akan diawasi secara ketat. 

“Penanganan seperti ini tidak selesai dalam hitungan hari. Yang penting adalah memastikan area benar-benar aman sebelum aktivitas masyarakat kembali normal,” tutup Djabal.

(Zulkarnaen Jumar Taufik / Unhas TV)