News

Drone Penabur Benih Unhas Dipesan Kementan, Tahap Awal 100 Unit



Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. DR. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., mendapatkan penjelasan inovasi produk Drone Penabur Benih dari dosen inventor Dr. Eng. Ir. Andi Amijoyo Mochtar, ST., Msc., dalam Unhas Innovation Day 2024.


Nilai produksi dari satu unit Drone Penabur Benih ini diungkap Prof. Adi, senilai Rp150 juta, yang nantinya akan ada pembagian royalti baik kepada investor, dosen, dan juga Unhas itu sendiri.

100 unit Drone Penabur Benih yang dipesan Kementan itu merupakan tahap awal dari kebutuhan lebih dari 1.000 unit Drone Penabur Benih.

Jika kemudian kinerja 100 drone itu dinilai efektif dan efisien, maka akan ada pengembangan menuju ke 1000 drone.

Drone Penabur Benih ini sendiri memiliki tiga keunggulan, yakni pengaturan jarak tanam benih yang sesuai dengan kebutuhan, benih ditanam dengan kedalaman yang tepat, serta efisiensi waktu.

Diakui Prof. Adi, pertanian modern (smart farming) yang dikembangkan Kementan itu menggunakan banyak teknologi dan tidak menggunakan tenaga manusia lagi, sehingga produk inovasi Unhas berupa Drone Penabur Benih dinilai Kementan sebagai sebuah inovasi.

"Ini dianggap oleh Kementerian Pertanian sebuah inovasi, tentu saja berbasis teknologi, sehingga Kementerian Pertanian kemudian menggandeng Unhas untuk kemudian mengembangkan, menyediakan turunan ini untuk kebutuhan pemenuhan konsep atau program Smart farming yang sekarang digalakkan oleh pemerintah," jelas Guru Besar Geologi ini.

Sebelum diproduksi massal, Drone Penabur Benih ini telah melalui serangkaian uji coba khususnya di daerah Pattalassang Kabupaten Gowa.

Para petani yang lahannya menjadi lokasi uji coba mengaku sangat puas terhadap performa drone tersebut, lantaran hasil panen yang didapatkan hampir sama bahkan terdapat keunggulan karena tidak lagi menggunakan tenaga manusia.

Pengembangan drone itu sendiri selain untuk menebar benih, juga dikembangkan untuk menebar pupuk, juga dikembangkan pula untuk tanaman sawit.

"Kita punya Drone untuk sawit. Kita punya sawit, yang kemudian drone tersebut bisa melakukan identifikasi penyakit yang diderita oleh sawit, penyakit tanaman begitu. Sementara kita lagi kembangkan kemudian ada pompa-pompa dengan Fakultas Teknik. Sehingga bisa digunakan untuk Kementerian Pertanian untuk proyek pengadaan pompa dalam hal peningkatan produksi padi di Indonesia," tambah Prof. Adi.

Dalam memenuhi permintaan Kementerian Pertanian akan Drone Penabur Benih, Prof. Adi menjelaskan jika pihaknya akan melibatkan mahasiswa untuk mengetahui proses bisnis suatu produk.

"Kita mencoba untuk membangun sebuah ekosistem ekosistem bisnis. Ini sudah sangat penting bagi mahasiswa yang terlibat. Untuk mengetahui proses bisnis suatu produk, sampai kemudian sampai hilirisasi, bisa dimanfaatkan, mempunyai nilai tambah," tutupnya. (*)