Budaya

Elon Musk dan Perjalanannya ke Masa Lalu Persia: Membaca Anabasis Xenophon



Sampul buku بازگشت ده هزار یونانی (Anabasis), karya sejarawan Yunani Kuno, Xenophon, yang diterjemahkan dalam bahasa Persia. Buku ini mengisahkan perjalanan pulang pasukan bayaran Yunani setelah kekalahan Cyrus Muda dalam perebutan takhta Kekaisaran Persia. Credit: Istimewa
Sampul buku بازگشت ده هزار یونانی (Anabasis), karya sejarawan Yunani Kuno, Xenophon, yang diterjemahkan dalam bahasa Persia. Buku ini mengisahkan perjalanan pulang pasukan bayaran Yunani setelah kekalahan Cyrus Muda dalam perebutan takhta Kekaisaran Persia. Credit: Istimewa


Sejarah Persia dalam Perspektif Barat

"Anabasis" tidak hanya sebuah kisah kepahlawanan, tetapi juga jendela bagi dunia Barat dalam memahami Persia kuno. Bersama dengan karya sejarawan Yunani lainnya seperti Herodotus dan Ctesias, Xenophon menggambarkan Persia dengan segala kemegahannya.

Namun, perlu dicatat bahwa narasi Yunani tentang Persia sering kali dipengaruhi oleh perspektif Eropa kuno yang melihat Persia sebagai "yang lain", musuh yang harus dikalahkan dalam konflik klasik antara Timur dan Barat.

Bagi pembaca modern, "Anabasis" tetap memiliki nilai penting dalam memahami dinamika geopolitik masa lalu dan bagaimana sejarah ditulis dari berbagai sudut pandang. Musk, dengan ketertarikannya yang luas terhadap sejarah dan peradaban manusia, tampaknya ingin menggali lebih dalam tentang kekaisaran yang pernah menjadi salah satu yang terbesar di dunia ini.

Dari Masa Lalu ke Masa Depan

Musk membaca "Anabasis" mungkin bukan sekadar nostalgia sejarah, tetapi juga sebuah refleksi terhadap perjalanan yang tengah ia tempuh dalam merevolusi teknologi dan eksplorasi luar angkasa.

Seperti pasukan Xenophon yang berjuang mencari jalan pulang, Musk juga tengah membawa umat manusia menuju "perjalanan ke atas" yang baru—ke luar angkasa, ke Mars, dan mungkin lebih jauh lagi.

Sejarah sering kali menjadi cermin bagi masa depan, dan bagi Musk, mungkin ada pelajaran dari masa lalu yang dapat membantunya dalam menulis bab berikutnya dalam perjalanan peradaban manusia.(*)