Pendidikan

FKM Unhas dan UiTM Merangkai Kesadaran Global untuk Ruang Aman Tanpa Pelecehan

MAKASSAR, UNHAS.TV - Isu pelecehan seksual (sexual harassment) adalah momok global yang melampaui batas geografis, merenggut martabat dan kesehatan mental korbannya di berbagai sektor, termasuk lingkungan akademik dan profesional. Menanggapi urgensi ini, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) menegaskan komitmennya untuk menjadi garda terdepan dalam membangun kesadaran melalui kolaborasi internasional yang mengagumkan.

Pada Kamis, 16 Oktober 2025, FKM Unhas menggelar Kuliah Tamu (Guest Lecture) spesial dengan menghadirkan pakar dari negara tetangga, Dr. Ismaniza Ismail, Ph.D dari Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia. Dalam suasana hangat namun serius di Ruang Innovative A, Lantai 2, Unhas Hotel and Convention Centre, ratusan sivitas akademika Unhas disajikan perspektif yang mendalam dan menyentuh tentang isu sensitif ini.

Bukan Sekadar Data, Tapi Dampak Kemanusiaan

Dr. Ismaniza, yang dimoderatori oleh Prof. Yahya Thamrin, SKM., M.Kes., MOHS., Ph.D., tidak hanya memaparkan definisi normatif. Beliau membedah spektrum luas pelecehan seksual—dari bentuk verbal, non-verbal, hingga fisik—dan yang paling penting, dampak mendalamnya pada dimensi kemanusiaan.

"Pelecehan seksual, sekecil apa pun bentuknya, memiliki dampak berantai yang mengerikan. Ia bukan hanya mengganggu karier atau studi seseorang, tetapi secara fundamental merusak kesehatan mental, merampas rasa aman, dan menghancurkan harga diri," jelas Dr. Ismaniza.

Sesi ini menjadi pengingat yang menyentuh bagi para mahasiswa S1, S2, dan dosen FKM Unhas bahwa isu ini harus didekati dengan empati, keilmuan, dan kebijakan yang tegas. Pelecehan, ditegaskan Dr. Ismaniza, adalah isu kesehatan masyarakat yang mendesak, menuntut intervensi berbasis komunitas dan institusi.

Tiga Pilar Pencegahan: Kesadaran, Kebijakan, dan Budaya Hormat

Inti dari kuliah tamu ini adalah perumusan solusi preventif. Dr. Ismaniza menekankan tiga pilar utama yang harus dibangun untuk menciptakan ruang yang aman, khususnya di kampus:

  • Kesadaran Individu: Setiap individu harus memahami batas dan dampak tindakannya.
  • Kebijakan Institusi yang Jelas: Institusi, seperti Unhas, wajib memiliki mekanisme pelaporan dan penindakan yang kuat, adil, dan pro-korban.
  • Budaya Saling Menghormati: Mendorong iklim akademik yang didasarkan pada penghargaan terhadap martabat setiap insan.

Melalui kemitraan dengan UiTM, FKM Unhas menunjukkan bahwa upaya untuk menciptakan kampus yang berbudaya sehat dan aman adalah agenda global. Ini adalah langkah konkret Unhas dalam mentransfer pengetahuan terbaik dari Asia Tenggara untuk memperkuat ekosistem internalnya, sekaligus meningkatkan daya saing global sebagai institusi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Ilmu Pengetahuan untuk Kesejahteraan Sosial

Antusiasme peserta, yang ditunjukkan melalui sesi tanya jawab yang aktif, mencerminkan tingginya kebutuhan sivitas akademika terhadap edukasi isu sexual harassment yang komprehensif.

Kegiatan ini secara gamblang menunjukkan bagaimana Unhas, melalui FKM, tidak hanya berfokus pada ilmu-ilmu hard science kesehatan, tetapi juga isu-isu sosial dan etika yang berdampak luas. Ini adalah demonstrasi nyata bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di Unhas berjalan beriringan dengan penguatan nilai-nilai kemanusiaan, menjadikan kampus sebagai laboratorium sosial yang menghasilkan solusi, bukan masalah. Kuliah tamu ini bukan sekadar pertemuan ilmiah, melainkan sebuah deklarasi bahwa FKM Unhas bertekad menjadi mercusuar keamanan dan martabat di kawasan Timur Indonesia.(*)