MAKASSAR, UNHAS.TV - Forum Ilmiah Kepiting Berkelanjutan membahas masa depan produksi kepiting dan rajungan Indonesia yang digelar di Ruang Sidang Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin (Unhas), Sabtu (8/11/2025).
Dengan tema “Masa Depan Kepiting: Inovasi Keberlanjutan”, forum ini menyoroti pentingnya penerapan ekonomi biru dan penguatan budidaya untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kepiting terbesar di dunia.
Kegiatan yang menjadi menjadi wadah pertemuan antara akademisi, industri, dan regulator ini dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai instansi, universitas, dan pelaku usaha perikanan.
Para narasumber menegaskan bahwa potensi kepiting nasional belum sepenuhnya dimanfaatkan, baik dari sisi penangkapan maupun budidaya, meski Indonesia memiliki sumber daya laut yang melimpah.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia sekaligus anggota Komisi IV DPR RI, Prof Dr Rokhmin Dahuri, menilai kolaborasi lintas sektor yang diinisiasi oleh Unhas melalui Pusat Kolaborasi Riset Rajungan Berkelanjutan merupakan langkah strategis dalam memperkuat rantai produksi nasional.
“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada pusat kolaborasi riset rajungan berkelanjutan di Unhas karena mempertemukan semua stakeholder, dari pembudidaya, industri pengolahan, akademisi hingga regulator. Ini penting untuk membangun ekosistem yang utuh,” ujar Prof Rokhmin.
Ia menambahkan, potensi kepiting Indonesia sesungguhnya terbesar di dunia, namun hingga kini produksi nasional masih berada di peringkat kelima.
Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong tahun 2001-2004 ini menegaskan agar forum tersebut tidak berhenti pada diskusi semata, tetapi berlanjut pada aksi nyata yang mampu menghasilkan peta jalan pengembangan industri kepiting nasional.
“Pertemuan ini jangan hanya berhenti di sini, tapi harus ada follow up yang konkret. Lima tahun ke depan, Indonesia harus bisa menjadi produsen kepiting dan rajungan terbesar di dunia, tentu dengan tetap mempertahankan aspek keberlanjutan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia, Dr. Ir. Kuncoro Catur Nugroho, M.M, menyoroti pentingnya inovasi teknologi dalam menjaga keberlanjutan ekosistem laut.
Menurutnya, kolaborasi antara pelaku industri dan peneliti menjadi kunci agar kegiatan penangkapan dan budidaya tidak merusak lingkungan.
“Kita menggunakan teknologi seperti facial track untuk memantau lokasi penangkapan kapal, juga bekerja sama dengan peneliti dari Amerika dalam riset hatchery. Hasilnya, peningkatan populasi rajungan terlihat signifikan di kawasan padang lamun dan mangrove,” jelas Kuncoro.
Ia menuturkan bahwa langkah selanjutnya adalah memperluas area budidaya di wilayah-wilayah potensial yang mendukung pertumbuhan benih rajungan. Pendekatan berbasis ekosistem tersebut diharapkan dapat menjadi contoh praktik ekonomi biru yang berkelanjutan.
Forum ilmiah ini ditutup dengan rekomendasi agar pemerintah segera menyusun roadmap nasional pengembangan usaha kepiting dan rajungan.
Dokumen itu diharapkan menjadi pedoman dalam merancang kebijakan dan investasi yang berpihak pada keseimbangan antara produktivitas dan kelestarian sumber daya laut.
(Venny Septiani Semuel / Unhas TV)
Prof Dr Rokhmin Dahuri, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia saat menghadiri Forum Ilmiah Kepiting Berkelanjutan yang digelar di Ruang Sidang Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, Sabtu (8/11/2025). (dok unhas.tv)








