Ekonomi

Green Financial Management, Kunci Menuju Kehidupan Berkelanjutan

MAKASSAR, UNHAS.TV - Pembangunan berkelanjutan telah menjadi tujuan dari sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia. 

Demi mewujudkan tujuan tersebut, perekonomian menjadi salah satu sektor utama. Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah menggelakkan berbagai program untuk mencapai pembangunan berkelanjutan termasuk melalui pengembangan ekonomi hijau atau Green Economy.  

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar Prof Mursalim Nohong SE MSi CWM mengemukakan, konsep Green Financial Management sebagai pilar penting untuk kehidupan berkelanjutan. 

"Kalau kita masih mau melihat hari esok masih ada, kita harus menerapkan Green Financial Management. Jangan hanya melibatkan investasi,” tegas Prof Mursalim saat menjadi narasumber pada program Unhas Speak Up di Unhas TV, Selasa (21/1/2025). 

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas ini menjelaskan, Green Financial Management merupakan konsep keseimbangan antara profit (laba), people (masyarakat), dan planet (Bumi)  yang diterapkan dalam dunia usaha dan bisnis. 

Meskipun Profit atau keuntungan merupakan orientasi hampir seluruh pelaku usaha dan bisnis, namun People yang berarti orang-orang yang berada disekitar bisnis tersebut, juga Planet yang menggambarkan lingkungan juga tidak boleh dikesampingkan. 

"Konsep green financial management, itu sesungguhnya adalah keseimbangan, mencoba untuk menyeimbangkan profit, itu orientasi semua orang dalam berbisnis. Kemudian people, tidak boleh mengabaikan kesejahteraan orang-orang yang ada disekitar. Lalu planet, aktivitasnya jangan merusak lingkungan,” jelasnya. 

Dirinya menyebut, untuk mengimplementasikan Green Financial Management ini secara optimal, membutuhkan peran dari tiga aspek, yakni pelalu usaha, masyarakat juga pemerintah. 

"Untuk mengimplementasikannya dengan baik, pertama pelaku bisnis dan masyarakat harus diubah mindset nya, lalu pemerintah punya kewenangan untuk membagun regulasi sehingga seluruh pihak terkait bisa mengambil peran," kata Prof Mursalim. 

Yang menjadi tantangan menurut Ketua IKA Manajemen Unhas ini ialah para pelaku usaha mesti melakukan perubahan yang signifikan pada proses produksi, dimana hal tersebut akan menambah biaya dan dapat berimbas pada harga yang ditetapkan untuk masyarakat. Contohnya saja peralihan dari kemasan plastik ke kertas. 

"Tantangan terbesar adalah mereka harus melakukan perubahan siginfikan di perusahaan, jadi butuh dana besar. Ketika kita masuk kesitu biayanya akan tinggi, sehingga ada perubahan pada penetapan harga ke masyarakat," pungkasnya. 

Sebagai solusi, Prof Mursalim menekankan peran pemerintah untuk memberikan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan yang menerapkan konsep ini. Apresiasi tersebut dapat berupa pemberian insentif. 

"Paling tidak pemerintah memberikan insentif, bukan hanya regulasi tapi memberikan financial insentive kepada perusahaan yang mendukung ekonomi hijau tadi," ucapnya. 

Dirinya pun optimis, konsep ekonomi hijau ini akan semakin digalakkan ke depan. Apalagi ini sudah menjadi indikator penting bagi perusahaan-perusahaan bereputasi tinggi di dunia agar bisa terus dilirik para investor. 

"Kesadaran akan ini semakin tinggi karena keberpihakan terhadap keberlanjutan itu menjadi indikator khususnya bagi perusahaan-perusahaan bereputasi tinggi. Investor kan melihat perusahaaan yang melek akan ekonomi hijau itulah yang akan bertahan dalam kurun waktu panjang," jelas Prof Mursalim. 

Iffa Aisyah Rahman (Unhas TV)