UNHAS.TV – Limbah unggas yang selama ini dianggap tidak bernilai kini menjadi solusi inovatif dalam meningkatkan kualitas susu sapi perah.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Peternakan Unhas, Dr Agr Ir Renny Fatmyah Utamy SPt MAgr IPM, cangkang telur berhasil dimanfaatkan sebagai sumber kalsium tambahan yang dapat membantu menjaga kesehatan dan produktivitas sapi perah.
Salah satu daerah yang merasakan dampak penurunan produksi susu adalah Kabupaten Enrekang, yang sejak tahun 1905 dikenal sebagai sentra penghasil dangke.
Tantangan tersebut mendorong akademisi Renny Fatmyah dan tim untuk mencari solusi inovatif guna menjaga kualitas susu yang dihasilkan.
Salah satu faktor penting dalam produksi susu berkualitas tinggi adalah kecukupan kalsium pada sapi perah. Kekurangan kalsium atau hipokalsemia dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berpengaruh pada produksi susu.
“Kandungan kalsium pada cangkang telur sangat tinggi. Oleh karena itu, kami mencari cara mengolah limbah ini agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber kalsium tambahan bagi sapi perah,” ungkap Renny dalam wawancara dengan Unhas.TV.
Proses pengolahan cangkang telur dimulai dengan perebusan untuk membersihkan kotoran, dilanjutkan dengan pengeringan selama tujuh jam, lalu ditumbuk menjadi tepung.
Untuk meningkatkan kualitasnya, tepung cangkang telur tersebut ditambahkan kalsium karbonat sehingga menjadi pure kalsium.
Meskipun persentase pemanfaatannya hanya sekitar satu persen dalam pakan sapi, dampaknya cukup signifikan bagi kesehatan ternak.
“Kami memastikan bahwa tepung cangkang telur ini diproses dalam kondisi steril dan dikemas dengan baik. Pemberian konsentrat yang mengandung kalsium ini dilakukan sekali sehari, dan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kualitas kesehatan sapi, meskipun dampaknya terhadap susu masih perlu diteliti lebih lanjut,” jelasnya.
Penelitian mengenai pemanfaatan limbah unggas sebagai sumber nutrisi tambahan memang telah banyak dilakukan, namun untuk sapi perah masih tergolong baru.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Renny bahkan telah mendapatkan hak paten atas inovasi ini. Ia menekankan bahwa selain bernilai ekonomi tinggi, inovasi ini juga berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Di Enrekang, sumber limbah cangkang telur cukup melimpah, namun di Makassar sendiri belum ada pabrik pakan yang mengolahnya secara komersial, berbeda dengan daerah di Pulau Jawa yang lebih maju dalam bidang ini.
“Kandungan kalsium dalam cangkang telur mencapai 44%, lebih tinggi dibandingkan sumber kalsium komersial lainnya. Kami lebih fokus pada cangkang telur ayam broiler karena jumlah limbahnya lebih banyak dibandingkan jenis lainnya,” tambah Dr. Renny.
Ia berharap inovasi ini dapat diterapkan tidak hanya oleh peternak kecil, tetapi juga oleh industri besar. Selain itu, ia juga mendorong akademisi untuk lebih aktif dalam penelitian yang tidak hanya bertujuan untuk publikasi, tetapi juga berdampak nyata bagi masyarakat dan dunia industri.
“Kami berharap penelitian ini dapat berkontribusi dalam mengurangi impor sumber kalsium serta mendorong hilirisasi produk berbasis limbah unggas di Indonesia,” pungkasnya. (*)
(Andi Putri Najwah / Unhas.TV)