Kesehatan
News

Jangan Abaikan! Ini Penyebab Gigi Anak Tonggos Sejak Dini

UNHAS.TV - Senyum anak adalah kebahagiaan bagi setiap orang tua. Namun, tidak sedikit orang tua yang mulai khawatir ketika gigi anak tumbuh tidak rata atau menonjol ke depan, kondisi yang sering disebut dengan gigi tonggos.

Di balik persoalan estetika, ternyata gigi tonggos bisa memengaruhi kesehatan fisik hingga kecerdasan anak.

Dokter Spesialis Gigi Anak Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr drg Muhammad Harun Achmad MKes SpKGA Subsp.KKA(K) FSASS, menegaskan bahwa penyebab gigi tonggos tidak hanya bersumber dari faktor genetik. Menurutnya, genetik hanya berperan sekitar 30 persen.

“Yang lebih dominan adalah fungsi jaringan lunak, seperti bibir, pipi, dan lidah. Ketika fungsi-fungsi ini tidak seimbang, tekanan pada gigi akan abnormal, sehingga memicu maloklusi atau gigi tonggos,” jelas Prof. Harun saat wawancara dengan Unhas.TV di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unhas.

Ia menambahkan, posisi lidah saat menelan atau berbicara, serta kebiasaan bibir yang jarang menutup rapat, bisa menjadi pemicu utama.

“Ketika lidah salah penempatan atau pipi tidak memberikan tekanan seimbang saat mengunyah, dampaknya sangat besar pada pertumbuhan gigi. Itu sebabnya fase tumbuh kembang anak harus diawasi ketat oleh tenaga ahli ortodonti anak,” ujarnya.

Kondisi gigi yang tidak rata tidak hanya mengganggu penampilan, tetapi juga memengaruhi fungsi kunyah. Padahal, fungsi kunyah optimal berperan penting dalam suplai darah dan oksigen ke otak, yang terkait dengan daya ingat dan kemampuan kognitif anak.

Sebuah penelitian oleh Prado et al. (2019) dalam Journal of Dentistry for Children menunjukkan bahwa maloklusi pada anak usia dini berhubungan erat dengan menurunnya efisiensi mengunyah.

Hal ini berdampak pada asupan nutrisi dan stimulasi saraf otak, sehingga memengaruhi perkembangan kognitif. Studi tersebut menekankan pentingnya deteksi dini dan intervensi ortodontik agar fungsi oral tetap terjaga.

Senada dengan itu, riset oleh Peres et al. (2018) yang dimuat dalam Community Dentistry and Oral Epidemiology menemukan bahwa anak dengan maloklusi memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesulitan dalam fungsi bicara, rendahnya kepercayaan diri, hingga gangguan interaksi sosial.

Melihat fakta ini, Prof. Harun mengingatkan orang tua agar tidak mengabaikan kesehatan gigi anak. Deteksi dini dan intervensi pada fase pertumbuhan sangat penting untuk menghindari masalah berkepanjangan.

“Orang tua harus peka terhadap pola napas, kebiasaan mengunyah, hingga susunan gigi anak. Jika ada keluhan, segera periksakan ke dokter gigi anak,” tegasnya.

Pencegahan, lanjut Prof. Harun, bisa dimulai dari membiasakan anak bernapas melalui hidung, menjaga postur lidah yang tepat, serta menghindari kebiasaan buruk seperti mengisap jari atau menggunakan dot terlalu lama. Dengan langkah-langkah sederhana ini, risiko gigi tonggos dapat diminimalisir sejak dini.

Feature ini menjadi pengingat bahwa gigi tonggos bukan sekadar persoalan estetika. Lebih dari itu, ia menyangkut kualitas hidup, kesehatan, bahkan kecerdasan anak.

Maka, perhatian dan kepedulian orang tua sejak awal menjadi kunci agar anak tumbuh sehat, percaya diri, dan cerdas. (*)

Tips Menjaga Gigi Anak Agar Tidak Tonggos

Agar gigi anak tumbuh sehat dan teratur, berikut beberapa tips yang dibagikan Prof. Harun:

  1. Biasakan anak bernapas lewat hidung – bernapas melalui mulut dapat memengaruhi posisi lidah dan bibir sehingga berdampak pada susunan gigi.
  2. Hindari kebiasaan buruk – seperti mengisap jempol atau menggigit benda keras, karena bisa mengubah posisi gigi.
  3. Perhatikan posisi lidah saat mengunyah – ajarkan anak untuk menelan dengan benar agar tekanan lidah tidak mendorong gigi ke depan.
  4. Rutin kontrol ke dokter gigi – minimal setiap enam bulan sekali untuk deteksi dini masalah gigi dan mulut.
  5. Jaga pola makan sehat – konsumsi makanan bergizi seimbang, hindari terlalu banyak makanan manis dan lengket yang bisa merusak gigi.