Pendidikan

Kemitraan Global dan Kesetaraan Gender: Inspirasi dari Jepang di FISIP Unhas

MAKASSAR, UNHAS.TV – Isu-isu global tak lagi menjadi milik eksklusif pemerintah. Tantangan pembangunan berkelanjutan, mulai dari krisis gizi hingga kesetaraan gender, kini menuntut adanya kolaborasi lintas batas yang dinamis. Perspektif inilah yang dibawa oleh Prof. Yukiko Kuramoto, Dekan Graduate School of Social Design Studies, Rikkyo University, Jepang, dalam kuliah tamu bertajuk “Global Public and Private Partnership and Gender Mainstreaming” di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas).

Acara yang digelar oleh Departemen Ilmu Administrasi pada Selasa pagi (22/10) ini bukan sekadar sesi akademik biasa. Ia menjadi jembatan antara teori administrasi publik dengan praktik nyata di lapangan, menggarisbawahi bagaimana sektor swasta dan isu gender menjadi kunci utama dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).

Ketika Swasta Merangkul SDGs: Pelajaran dari Ghana

Di hadapan mahasiswa dan dosen Unhas, Prof. Kuramoto memaparkan argumennya dengan lugas: mencapai pembangunan berkelanjutan, baik di level lokal maupun global, memerlukan partisipasi aktif sektor privat dan masyarakat sipil, bukan hanya pemerintah.

Ia kemudian menguak sebuah kisah sukses yang menjadi sorotan global: Ajinomoto Koko Ghana Nutrition Program, atau Ghana Nutrition Improvement Project (GNIP). Program yang diluncurkan pada 2009 ini merupakan inisiatif sosial dari perusahaan raksasa Jepang, Ajinomoto, untuk memerangi masalah gizi buruk pada anak di Ghana.

Inovasinya terletak pada produk yang mereka kembangkan: Kokoplus. Ini adalah pangan berbahan dasar jagung terfermentasi, diperkaya nutrisi penting bagi bayi, dan dijual dengan harga yang terjangkau. "Ini adalah contoh konkret di mana sektor privat menggunakan keahlian mereka untuk mengatasi masalah sosial yang mendesak, menjangkau keluarga berpenghasilan rendah," jelas Prof. Kuramoto.

Kebersamaan Lintas Benua: Prof. Yukiko Kuramoto (tengah, mengenakan pakaian hitam) Dekan Graduate School of Social Design Studies, Rikkyo University, Jepang, berfoto bersama jajaran pimpinan FISIP Unhas, dosen Departemen Ilmu Administrasi, dan para mahasiswa usai menyampaikan kuliah tamu bertajuk “Global Public and Private Partnership and Gender Mainstreaming” di Aula Prof. Syukur Abdullah, FISIP Unhas, pada Selasa (22/10). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama akademik antara Unhas dan Rikkyo University, sekaligus memperkuat pemahaman mahasiswa tentang peran sektor swasta dan pengarusutamaan gender dalam pencapaian SDGs global.
Kebersamaan Lintas Benua: Prof. Yukiko Kuramoto (tengah, mengenakan pakaian hitam) Dekan Graduate School of Social Design Studies, Rikkyo University, Jepang, berfoto bersama jajaran pimpinan FISIP Unhas, dosen Departemen Ilmu Administrasi, dan para mahasiswa usai menyampaikan kuliah tamu bertajuk “Global Public and Private Partnership and Gender Mainstreaming” di Aula Prof. Syukur Abdullah, FISIP Unhas, pada Selasa (22/10). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama akademik antara Unhas dan Rikkyo University, sekaligus memperkuat pemahaman mahasiswa tentang peran sektor swasta dan pengarusutamaan gender dalam pencapaian SDGs global.


Pengarusutamaan Gender: Perempuan Sebagai Agen Perubahan

Lebih dalam, kuliah tamu yang dimoderatori oleh Andi Ahmad Yani, M.Si., MPA., M.Sc., dosen Departemen Ilmu Administrasi Unhas, ini juga menyoroti pentingnya pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) dalam setiap siklus kebijakan publik—mulai dari perumusan, implementasi, hingga evaluasi.

Menurut Prof. Kuramoto, kesetaraan partisipasi adalah prasyarat mutlak. Ia menegaskan, program Kokoplus di Ghana juga adalah cerminan implementasi gender mainstreaming.

“Perempuan dilibatkan secara aktif dalam memastikan pemenuhan kebutuhan gizi keluarga, menjadikan mereka aktor utama dalam perubahan sosial,” tambahnya. Dengan menempatkan perempuan di garis depan pengambilan keputusan gizi keluarga, program ini tidak hanya mengatasi kekurangan gizi, tetapi juga memberdayakan kaum perempuan.

Komitmen Akademik dan Jejaring Internasional

Kuliah tamu ini mendapat sambutan hangat dari jajaran pimpinan FISIP Unhas. Ketua Departemen Ilmu Administrasi FISIP Unhas, Prof. Dr. Alwi, M.Si., menekankan bahwa kegiatan ini adalah perwujudan komitmen departemen untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

“Kami berkomitmen menghadirkan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual. Kehadiran Prof. Kuramoto menjadi inspirasi untuk melihat bagaimana administrasi publik bertransformasi secara global,” ujar Prof. Alwi.

Sementara itu, Prof. Dr. Gita, M.Si., Ketua Program Studi Magister Administrasi Publik, menjelaskan bahwa acara ini merupakan tindak lanjut nyata dari kerja sama akademik dan program double degree antara Unhas dan Rikkyo University. “Kami berharap kolaborasi ini memperkuat kapasitas akademik dan riset mahasiswa pascasarjana,” katanya.

Dekan FISIP Unhas, Prof. Dr. Sukri, M.Si., dalam penutupannya memberikan apresiasi, menyebut kuliah tamu ini sebagai langkah nyata FISIP Unhas dalam memperluas jejaring internasional.

"Tema yang diangkat—kemitraan publik-swasta dan pengarusutamaan gender—sangat relevan dengan tantangan tata kelola pembangunan di Indonesia,” tutup Prof. Sukri.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Prof. Syukur Abdullah, FISIP Unhas ini diakhiri dengan sesi diskusi interaktif yang dinamis, menandakan tingginya antusiasme peserta, baik mahasiswa maupun dosen, terhadap masa depan kolaborasi lintas sektor dan kesetaraan gender dalam pembangunan global.(*)