Mahasiswa
Unhas Story

Kisah Ananda Ratu Azzahra Menemukan Jalan, dari Mimpi Dokter ke Ilmu Komunikasi




Penerima Beasiswa Unggulan Unhas Ananda Ratu Azzahra. (dok unhas.tv)


Di sela kuliah dan kewajiban beasiswa, Ratu masih membuka ruang untuk magang. Ia memilih Terima Kasih Official, sebuah NGO berbasis di Makassar yang fokus membangun semangat kerelawanan anak muda.

Posisi yang ia ambil, Public Relations. “Saya sudah mulai selektif memilih kegiatan. Harus sejalan dengan goals masa depan,” ucapnya.

Di sana, ia belajar membangun jaringan dengan komunitas, lembaga sosial, hingga brand. Hampir setiap pekan, ada dua kegiatan. Kadang mendampingi anak-anak penyintas kanker, kadang belajar bahasa isyarat dengan komunitas tuli, kadang menemani para lansia di panti jompo.

Dua pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika bersama teman tuli dan saat bertemu oma-opa. “Dengan teman tuli, saya belajar inklusi itu nyata. Kami belajar bahasa isyarat, memperkenalkan diri. Sangat meaningful,” katanya.

Sementara bersama lansia, ia tersentuh oleh antusiasme mereka menyambut anak muda. “Mereka suka bercerita. Kita jadi belajar dari pengalaman panjang hidup mereka.”

Bagi Ratu, magang bukan hanya soal menambah baris di CV, melainkan bagian dari perjalanan memaknai prinsip hidupnya: hebat yang bermanfaat.

Konten Kreator dan Personal Branding

Selain akademik dan sosial, Ratu aktif membangun personal branding lewat media sosial. Ia sadar, sejak masa SMA menjadi duta anak, tuntutan berbagi pengetahuan lewat platform digital sudah melekat. Namun awalnya ia hanya mengunggah kegiatan lewat story Instagram.

Saat kuliah, ia mencoba keluar dari zona nyaman. Ia mulai membuat konten berupa reels dengan voice over. Awalnya ragu karena suara seraknya sering jadi bahan tanya. Tapi justru dari situlah ia menemukan keunikan. “Saya sempat insecure, tapi akhirnya yakin: suara ini bisa jadi ciri khas.”

Konten-kontennya bercerita tentang pengalaman mahasiswa, tips beasiswa, hingga motivasi. Perlahan, ia mendapatkan audiens yang loyal. Beberapa brand kemudian mengajaknya berkolaborasi, dan Ratu pun masuk jalur sebagai brand ambassador.

Baginya, menjadi konten kreator bukan sekadar mencari popularitas. “Media sosial adalah ruang membagikan value,” ujarnya. Ia ingin kontennya menjadi pintu inspirasi bagi mahasiswa lain, terutama dari daerah seperti dirinya.

Meski kini sibuk di Makassar, Ratu tak pernah lupa asal-usulnya. Ia sering mengulang pesan ibunya: jangan lupa pulang dan bangun Bulukumba. Karena itu, dalam rencana jangka panjang, ia bertekad mendirikan wadah mentoring bagi anak-anak di daerah.

“Saya dulu kesulitan mencari mentor. Jadi saya ingin bikin platform kecil yang bisa menampung anak-anak daerah belajar, mendapat bimbingan, dan berkembang,” katanya. Platform itu, menurutnya, akan melahirkan role model baru dari pelosok.

Rencana itu sejalan dengan impiannya kelak bekerja di kementerian. Dari sana, ia ingin memperluas jangkauan kontribusi, tetapi tetap punya pijakan di kampung halaman.

Di balik jadwal padat kuliah, beasiswa, magang, dan aktivitas kreatif, Ratu tetaplah seorang mahasiswa biasa. Ia juga merasakan lelah, kadang terbebani. Namun semangatnya tak pernah padam. “Kuncinya manajemen waktu dan berani keluar dari zona nyaman,” ujarnya.

Kisahnya adalah cermin bahwa jalan menuju keberhasilan bukan lurus tanpa hambatan. Ratu yang dulu bermimpi menjadi dokter, kini justru menemukan dirinya di dunia komunikasi. Dari suara seraknya, dari perjuangan menulis esai dua minggu, dari tujuh kali latihan wawancara, ia menenun jalannya sendiri.

Di Studio Unhas TV, ia tersenyum saat ditanya apa arti semua pencapaiannya. “Ini bukan akhir. Justru baru awal perjalanan panjang,” katanya.

Suara seraknya terdengar mantap. Seperti penanda, langkahnya ke depan akan makin jauh, tapi tetap berakar pada satu keyakinan: menjadi hebat saja tak cukup. Ia ingin menjadi hebat yang bermanfaat. (*)