Opini

Kunjungan Satset, Sarat Makna dan Mesra

Kerjasama FIKP-Unhas dengan Universitas Trengganu Malaysia

Oleh: Khusnul Yaqin*

Kunjungan ke Universitas Malaysia Terengganu (UMT)  kali ini sebenarnya merupakan rangkaian diskusi yang panjang di Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan (Prodi MSP), Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Unhas. Puzzle dari diskusi yang panjang itu lalu membentuk sebuah penarikan keputusan yang satset , sehingga terkesan mendadak.

Untung saja kolega dari UMT juga bukan kaleng-kaleng, tetapi mereka adalah tim yang terlatih bekerjasama sehingga sudah membangun template bagaimana melaksanakan atmosfer diskusi yang seremonial rapi, tapi tidak sama sekali kehilangan substansi kerjasama.

Pagi buta kami meluncur ke Bandara Kuala Lumpur (KL) menuju Terengganu.  Dalam perjalanan menuju bandara, pak sopir berdiskusi dengan kami dengan sangat bersemangat tentang rasisme orang-orang non melayu di Malaysia. Shalat subuh yang seharusnya bisa dilakukan di ruangan apartemen dalam nuansa meditatif terpaksa dilakukan agak ala kadarnya di ruangan mushalla bandara.

Sampai di Terengganu pukul 08.00. Kami memesan grab dan langsung menuju Fakultas Sains dan Marin Sekitaran (Faculty of Science and Marine Enviriment/FSSM). Kami datang terlalu pagi. Pak Yusof, tuan rumah, belum ke kampus. Untuk mengisi waktu, kami jalan-jalan untuk mengeja dan mengidentifikasi kosa kata yang "aneh-aneh", seperti kata makmal. Ternyata makmal adalah laboratorium.

Menjelang pukul 09.30 Pak Yusof sudah ada di kampus. Kami diantar ke tempat meeting.  Seiring berjalannya waktu staf dosen (pensyarah) FSSM mulai berdatangan di ruangan. Pertemuan untuk membahas kerjasama MSP dan FSSM dibuka oleh dekan. Kami menawarkan beberapa poin kerjasama:

1.Penelitian (membentuk konsorsium mikroplastik)

2. Field Work Program

3. Student exchange program

4. Penulisan paper bersama

5. Pembimbingan mahasiswa bersama.

 

Prof. Kesaven Bhubalan yang mengurusi kerjasama dan bakat sangat menyambut baik program yang kami tawarkan.

Saya sampaikan ke Dekan FSSM, Bu Farida, untuk hadir di acara simposium tahunan yang diselenggarakan oleh FIKP.  Mereka memgamini undangan kami dan akan mengadiri simposium dalam rombongan besar.

Yang luar biasa bagi saya, makmal atau lab mikroplastik meskipun tidak besar, tapi betul-betul terjaga dari kontaminasi mikroplastik dari udara. Banyak memang yang tidak sadar bahwa udara di sekitar kita sudah terkontamonasi dengan mikroplastik. Konyolnya sebagian peneliti mikroplastik juga tidak sadar bahwa udara kita sudah terkontaminasi mikroplastik. Mereka melakukan sampling, preparasi sampel, penyaringan dan identifikasi mikroplastik di ruangan lab yang terbuka yang tentunya tetkontaminasi dengan mikroplastik. Di dalam lab itu pak Yusof, pemimpin kelompok penelitian mikroplastik menawari saya sebagai penguji luar mahasiswa S3 yang penelitian mikroplastik di darah manusia. Ini luar, belum sampai ke Unhas, kerjasama itu sudah diimplementasikan. Ini namanya satset bin gercep.

Selepas meeting, kami ketemuan dengan seorang profesor perkapalan di UMT, alumni Teknik Perkapalan Unhas, Prof. Fitriyadi. Beliau saat ini mengerjakan proyek pembuatan kapal Katamaran untuk penangkapan Ikan. Departemen Perikanan Kerajaan Malaysia yang memesan kapal itu. Kami dibawa oleh Prof Fitriyadi ke bengkel pembuatan kapal itu. Wow, kapalnya sangat besar. Saya bilang ke Prof Fitriyadi ini bukan kapal penangkapan ikan, tapi kapalnya Nabi Nuh, Safinantun Najah, hehehehehe...

Semoga panitia simposium di FIKP berkenan mengundang Prof. Fitriyadi untuk memaparkan tentang kapal Katamaran sebagai keynote speaker di acara simposium.  Kehadiran Prof Fitriyadi akan menambah perbendaraan ilmiah teman-teman yang fokus penelitian dan pengembangan kapal penangkapan ikan di FIKP.  Kerjasama dengan UMT yang sedang dijalin MSP hari ini bisa dielaborasi untuk kelompok-kelompok penelitian yang lain yang ada di FIKP.

Setelah dari bengkel kapal, kami diundang oleh Dekan Fakultas Perikanan dan Sains untuk santap siang. Sampai di kantor Dekan kami dihidangkan makanan khas Terengganu, Karopok Lekor. Makanan ini seperti empek-empek tapi dengan tekstur lebih lembut dengan rasa ikan yang kental.

Saya juga mengundang para pensyarah di Fakultas Perikanan untuk ikut simposium yang akan diselenggarakan FIKP. Sebagaimana di FSSM, mereka yang di Fakultas Perikanan juga bersemangat untuk hadir di simposium.

Diskusi yang sersan (serius tapi santai) dan "mesra" melarutkan kami dalam suasana yang full bahagia, sehingga tidak terasa waktu harus boarding untuk ke Kuala Lumpur sudah tiba.

Di Malaysia kata "mesra" dipakai sebagai terjemahan kata bahasa Inggris friendly. Jadi kapal Katamaran penangkapan itu friendly environment, maka terjemahan Malaysia-nya kapal penangkapan ikan yang mesra lingkungan sekitaran.

Last but not least,  kunjungan kami yang terkesan mendadak, tapi dapat membangun kerjasama penelitian yang berhasil guna serta sangat friendly, kita sebut kunjungan satset yang sarat makna dan mesra.

                                                                                                 Terengganu, 08 Januari 2025



*Penulis, Guru Besar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin