Kesehatan

Lebih 7 Ribu Kasus Virus Chikungunya di China, Indonesia Harus Waspada


Apa itu Chikungunya

Kebanyakan orang yang digigit nyamuk yang terinfeksi akan mengalami gejala chikungunya dalam tiga hingga tujuh hari. Persebaran virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Selain demam dan nyeri sendi, gejala lain meliputi ruam, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan sendi.

Pada kebanyakan kasus, pasien akan merasa lebih baik dalam seminggu. Namun, pada kasus yang parah, nyeri sendi dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Mereka yang berisiko terkena penyakit yang lebih parah termasuk bayi baru lahir, lansia, dan orang dengan kondisi medis yang mendasarinya, seperti penyakit jantung atau diabetes. Tidak ada obatnya, tetapi kematian akibat chikungunya jarang terjadi.

Virus ini pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada tahun 1952. Kemudian menyebar ke negara-negara lain di Afrika sub-Sahara dan Asia Tenggara. Hingga saat ini, virus ini telah dilaporkan di lebih dari 110 negara.

Cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus adalah dengan mengurangi genangan air yang memungkinkan nyamuk berkembang biak, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dikutip dari Kompas, chikungunya di Indonesia merupakan penyakit endemis, artinya penyakit ini sering ditemukan di wilayah tersebut. Kasus chikungunya di Indonesia cenderung meningkat, dengan 6.049 kasus dilaporkan pada tahun 2023, dibandingkan dengan 2.974 kasus pada tahun 2022.(*)