Mahasiswa

Mahasiswa FKM Unhas Evaluasi Dampak Edukasi Stunting di Jeneponto

fkm

JENEPONTO, UNHAS.TV – Enam bulan pasca-penyuluhan, mahasiswa Posko 23 Praktik Belajar Lapangan (PBL) III Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali menyambangi Desa Bontosunggu, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto. Bukan tanpa tujuan, kedatangan mereka kali ini adalah untuk mengukur seberapa jauh edukasi tentang bahaya stunting yang telah mereka berikan pada PBL II sebelumnya, tertanam dalam benak ibu hamil dan ibu baduta di desa tersebut.

Dipimpin oleh Dosen Supervisor St. Rosmanely, SKM., MKM., tim PBL III ini merupakan kolaborasi lintas departemen. Ada Nur Alisa Rahim dari Kesehatan Lingkungan, Inayah Nur Rahmaniyah dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Isni Apriana dari Epidemiologi, Fitri Siska Busdir dari Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Muhammad Azizul Hakim dari Manajemen Rumah Sakit, dan Ahmad Khairul Aqila dari Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Keberagaman latar belakang ini mencerminkan pendekatan komprehensif Unhas dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat.

Menelusuri Peta Pengetahuan: Post-Test sebagai Alat Ukur

Pada Rabu, 25 Juni 2025, suasana di Kantor Desa Bontosunggu tampak serius namun antusias. Sebelas peserta, terdiri dari 5 ibu dari Dusun Rita, 4 dari Dusun Kampoa, dan 2 dari Dusun Beru, duduk fokus mengisi lembar post-test. Inilah metode yang digunakan tim untuk mengevaluasi sejauh mana peningkatan pengetahuan masyarakat terkait stunting, serta apakah materi yang disampaikan melalui presentasi Power Point (PPT) dapat dipahami dengan baik dan mampu meningkatkan kesadaran mereka.

"Evaluasi ini penting untuk melihat keberhasilan program kami. Apakah informasi yang kami berikan benar-benar sampai dan dipahami masyarakat, sehingga mereka bisa lebih sadar akan bahaya stunting," ujar salah satu anggota tim.

Grafik Pengetahuan: Naik Turun dalam Enam Bulan

Hasil evaluasi menunjukkan temuan menarik. Setelah intervensi dilakukan, terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan di kalangan peserta. Namun, enam bulan kemudian, tim menemukan adanya sedikit penurunan tingkat pengetahuan dibandingkan dengan saat sesaat setelah penyuluhan.

"Memang ada sedikit penurunan, tapi yang terpenting, tingkat pengetahuan mereka masih jauh di atas nilai sebelum intervensi. Bahkan cenderung mendekati nilai setelah intervensi," jelas anggota tim lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa edukasi yang diberikan masih meninggalkan jejak pemahaman yang kuat, meskipun butuh penguatan berkelanjutan.

Kontribusi Nyata untuk SDGs: Memerangi Stunting, Mendukung Gizi Seimbang

Kegiatan ini bukan hanya sekadar evaluasi, melainkan juga kontribusi nyata terhadap pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-2, yaitu "Zero Hunger" atau bebas kelaparan. Stunting, sebagai salah satu dampak dari kekurangan gizi kronis, menjadi fokus utama.

Melalui edukasi komprehensif mengenai pengertian, faktor penyebab, dampak, hingga langkah-langkah pencegahan stunting, mahasiswa FKM Unhas berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan gizi seimbang. Dengan demikian, upaya ini secara tidak langsung mendukung pengurangan angka kelaparan dan perbaikan status gizi masyarakat, membuka jalan menuju generasi penerus yang lebih sehat dan cerdas.(*)