Mahasiswa

Mahasiswa KKN Unhas Sulut Asa Literasi di Kaki Gunung Silanu

KKN

JENEPONTO, UNHAS.TV – Di tengah hiruk pikuk modernisasi, sebuah inisiatif sederhana namun powerful datang dari kaki Gunung Silanu, Jeneponto.

Tepatnya pada Rabu, 16 Juli 2025, asa literasi dibakar di Sekolah Dasar Negeri 27 Bangkala oleh para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Literasi Universitas Hasanuddin (Unhas).

Mereka menggelar program bertajuk “Cerdas Mengulas Buku”, sebuah kegiatan yang bukan sekadar membaca, melainkan upaya menumbuhkan bibit-bibit pemikir kritis sejak dini di kalangan siswa-siswi kelas 4.

Program ini bukanlah gerakan tunggal. Ia adalah hasil sinergi apik antara mahasiswa KKN Tematik Literasi Unhas dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI).

Dukungan penuh dari Perpusnas menjadi penanda komitmen nyata untuk mendongkrak literasi dasar hingga ke pelosok negeri.

"Kolaborasi ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan literasi bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan kerja bersama dari berbagai elemen bangsa," ujar salah seorang dosen pembimbing KKN.

Sebuah langkah strategis mengingat data UNESCO 2021 yang menunjukkan tingkat literasi membaca masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan, menjadikan inisiatif seperti ini sangat krusial.

Mengasah Daya Pikir dan Keberanian Berpendapat

“Cerdas Mengulas Buku” jauh melampaui kegiatan membaca biasa. Anak-anak SD diajak menyelami buku cerita anak-anak sesuai usia mereka, kemudian berdiskusi dan mengulas isinya dengan cara yang sederhana namun tetap substansial.

Mulai dari pembacaan bersama, diskusi kelompok kecil, hingga presentasi singkat mengenai tokoh atau pesan moral dari buku yang dibaca.

Resky Ramadani, koordinator kegiatan, menjelaskan filosofi di balik program ini. "Kami ingin menanamkan kebiasaan membaca dan berpikir kritis dengan cara yang menyenangkan, tidak membebani, tapi justru membuat anak-anak antusias dengan buku," tuturnya.

Ia menambahkan, tujuan utama adalah mengasah daya pikir dan kemampuan menyampaikan pendapat sejak usia dini.

"Di era disrupsi informasi seperti sekarang, kemampuan memilah dan mencerna informasi, serta menyampaikan opini secara lugas, menjadi sangat penting," tambah Resky, mengacu pada tantangan literasi digital yang kian kompleks.

Di pelosok Gunung Silanu, cahaya literasi bersinar terang. Mahasiswa KKN Unhas bersama Perpusnas RI membuka jendela dunia bagi adik-adik melalui 'Cerdas Mengulas Buku'. Senyum dan pemikiran kritis mereka adalah bukti bahwa ilmu tak mengenal batas tempat. Credit: Istimewa.
Di pelosok Gunung Silanu, cahaya literasi bersinar terang. Mahasiswa KKN Unhas bersama Perpusnas RI membuka jendela dunia bagi adik-adik melalui 'Cerdas Mengulas Buku'. Senyum dan pemikiran kritis mereka adalah bukti bahwa ilmu tak mengenal batas tempat. Credit: Istimewa.


Dan hasilnya? Antusiasme para siswa terlihat jelas! Mereka begitu bersemangat mengikuti setiap sesi, menunjukkan keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan tak sungkan berbagi cerita tentang buku favorit masing-masing.

Beberapa siswa bahkan dengan bangga mampu membuat ringkasan cerita dan membacakannya di hadapan teman-teman mereka.

Ini adalah pemandangan yang mengharukan, melihat anak-anak di daerah yang mungkin minim akses buku, kini dapat mengekspresikan diri melalui literasi.

Dengan semangat “Cerdas Mengulas Buku”, mahasiswa KKN Tematik Literasi Unhas dan Perpusnas RI membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil: membacakan buku, mendengarkan, dan mengajak anak-anak untuk berpikir.

Di era di mana gawai seringkali mendominasi, inisiatif ini menjadi oase yang menyegarkan, mengingatkan kita akan kekuatan fundamental dari sebuah buku dan sebuah dialog.

Bagaimana menurut Anda, seberapa pentingkah program-program literasi semacam ini dalam membentuk generasi masa depan yang lebih kritis dan berwawasan luas? (*)