MAKASSAR, UNHAS.TV - Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan Prof Dr Abdul Kadir PhD SpTHT-K (K) MARS adalah bukti nyata ketekunan dan keteguhan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin meniti kariernya yang cemerlang.
Perjalanan kariernya yang dimulai dari akademisi hingga menjadi salah satu pejabat tinggi di Kementerian Kesehatan menunjukkan dedikasi dan kontribusi besarnya dalam dunia kesehatan di Indonesia.
Sebagai akademisi, Prof Abdul Kadir tetap menjalankan tugasnya sebagai dosen di Universitas Hasanuddin di tengah kesibukannya di Jakarta..
Meski telah berkarya di lingkungan birokrasi sejak 2005, ia terus mengisi Beban Kinerja Dosen (BKD) setiap semester, menegaskan komitmennya dalam dunia pendidikan.
Karier birokrasi Prof Abdul Kadir dimulai dari berbagai posisi strategis di Kementerian Kesehatan, di antaranya sebagai Direktur Utama RSUP Wahidin Sudirohusodo, Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, hingga Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemenkes.
Alumnus program doktoral di Hiroshima University Jepang ini bahkan sempat menjadi Komisaris Utama PT Kimia Farma Tbk sebelum Presiden Joko Widodo melantik pria kelahiran 1962 ini sebagai Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan.
Saat kembali mengunjungi almamaternya di Unhas, Prof Abdul Kadir mengungkapkan nostalgia yang mendalam. Ia mengingat masa-masa awal kuliahnya ketika Fakultas Kedokteran masih berlokasi di Barabaraya sebelum pindah ke Kampus Tamalanrea setelah ia meraih gelar dokter pada tahun 1998.
"Kenangan yang paling membekas tentu di Barabaraya, tempat saya pertama kali masuk sebagai mahasiswa kedokteran. Di sanalah saya mengikuti perkuliahan, berlatih di laboratorium, dan membangun fondasi ilmu kedokteran saya," ujar dokter spesialis THT ini.
Lahir dan dibesarkan di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, Prof Abdul Kadir menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di Kota Benteng. "Orang Selayar itu hebat-hebat karena mereka orang pelaut," candanya.
Pendidikan dasar hingga SMP semuanya dijalani di Benteng, Selayar, sebelum melanjutkan ke SMA Negeri 1 (Smansa) Makassar.
Pengalaman masa kecilnya yang sering berhadapan dengan malaria serta kebutuhan layanan kesehatan di daerah asalnya menjadi motivasi utama bagi dirinya untuk memilih Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
"Saya sering sakit malaria saat kecil, dan sering berkunjung ke dokter. Dari situ saya melihat bahwa profesi dokter sangat dibutuhkan, terutama di daerah terpencil seperti Selayar," kenangnya.
Keputusan untuk menjadi dokter juga didukung keluarganya meski pada masa itu profesi dokter lebih banyak diisi oleh mereka yang berasal dari keluarga berkecukupan.
Namun, berkat kerja keras dan semangat belajar yang tinggi, ia berhasil masuk Fakultas Kedokteran tanpa tes khusus dan menyelesaikan pendidikan dalam waktu singkat.
Selama masa kuliah, Prof Abdul Kadir aktif dalam berbagai organisasi, termasuk menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Kedokteran serta terlibat dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Selain itu, sejak semester lima ia sudah menjadi asisten dosen di berbagai fakultas, termasuk Fakultas Kedokteran Gigi, Farmasi, dan Rehabilitasi Medik.
"Saya sudah mulai mengajar sejak semester lima dan sering membantu di Poliklinik HMI, bahkan melakukan operasi kecil sejak semester tiga," jelasnya.
Selain itu, ia juga mendapatkan beasiswa Yayasan Latimojong yang membantunya dalam menyelesaikan studi tepat waktu.
Pada tahun 1988, setelah lulus sebagai dokter, Prof Abdul Kadir langsung diminta bergabung sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Kariernya sebagai dosen dimulai dari tenaga pengajar honorer hingga diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 1989.
Dalam perjalanannya, ia melanjutkan pendidikan spesialis di bidang Telinga, Hidung, Tenggorokan, Bedah Kepala dan Leher (THT-KL), serta berbagai pendidikan lanjutan di tingkat doktoral dan kepemimpinan kesehatan.
Kombinasi antara latar belakang akademik dan pengalaman birokrasi membuatnya dipercaya memimpin berbagai institusi kesehatan di Indonesia.
Saat ini, sebagai Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan, Prof Abdul Kadir terus berupaya meningkatkan sistem jaminan kesehatan nasional agar lebih inklusif dan efisien dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
Melalui sistem digitalisasi yang diterapkan oleh BPJS Kesehatan, kini pasien tidak perlu lagi mengantre sejak dini di rumah sakit.
Dengan memanfaatkan fitur Mobile JKN, peserta dapat mendaftar layanan secara daring dan mendapatkan jadwal pelayanan yang lebih pasti.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi waktu tunggu di rumah sakit dan meningkatkan kenyamanan pasien saat mengakses layanan kesehatan.
Menurut Prof Kadir, sistem ini merupakan langkah nyata dalam meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan di Indonesia.
"Jadi pasien tidak perlu datang subuh-subuh hanya untuk mengambil nomor antrean. Cukup dengan aplikasi, mereka bisa mengetahui jam pelayanan yang sudah terjadwal, sehingga pelayanan menjadi lebih tertata dan efektif," jelasnya.
Selain itu, BPJS Kesehatan juga terus melakukan evaluasi dan perbaikan pada sistem layanan, termasuk memperkuat koordinasi dengan rumah sakit agar kapasitas layanan dapat dioptimalkan.
Salah satu langkah yang telah diterapkan adalah peningkatan jumlah fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan serta penambahan tenaga medis di beberapa daerah yang memiliki tingkat kunjungan pasien tinggi.
Prof Kadir menekankan bahwa meskipun masih ada tantangan dalam pelaksanaan sistem JKN, BPJS Kesehatan terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Tentu masih ada perbaikan yang harus dilakukan, tetapi yang terpenting adalah adanya komitmen untuk terus berinovasi dan memastikan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas," ujarnya.
Dengan cakupan kepesertaan yang telah mencapai 98,6% dari total penduduk Indonesia, program JKN telah menjadi salah satu program unggulan dalam bidang kesehatan.
Keberhasilannya dalam memberikan akses kesehatan yang luas bagi masyarakat, termasuk mereka yang kurang mampu, merupakan pencapaian besar yang diakui secara global.
Di akhir wawancara, Prof Kadir mengajak seluruh masyarakat untuk semakin aktif dalam memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan dengan bijak.
"Mari kita jaga kesehatan, manfaatkan layanan yang ada, dan bersama-sama kita tingkatkan kualitas hidup melalui sistem jaminan kesehatan nasional ini," pungkasnya.
Dengan adanya inovasi dan peningkatan layanan, diharapkan BPJS Kesehatan dapat terus menjadi solusi utama dalam menjamin kesehatan masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan berkelanjutan.(*)
DATA DIRI:
Nama: Prof dr Abdul Kadir PhD SpTHT-KL(K) MARS
Lahir: Benteng (Selayar), 23 Mei 1962
Istri: drg Nurhayati Natsir PhD SpKG
Anak: dr Nurul Qalby, dr Nuril Ilmi, Ahmad Nur Fauzii, dan Nurul Afiah
Riwayat Akademik:
- SD Negeri 1 Benteng (1974)
- SMP Negeri 1 Benteng (1977)
- SMA Negeri 1 Makassar (1981)
- Pendidikan Kedokteran Unhas Makassar (1988)
- S3 Otolaringology Hiroshima University, Jepang (1997)
- Spesialis THT Universitas Hasanuddin Makassar (1998)
- S2 MARS, Pascasarjana UNHAS Makassar (2007).(*)